TOTABUAN.CO BOLMONG – Operasi pasar yang gencar dilakukan pemerintah daerah belum menjamin stabilitas harga bahan pokok di sejumlah pasar tradisional KAbupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Hingga saat ini masih terjadi lonjakan harga sejumlah bahan pokok. Kenaikan harga yang paling mendominasi adalah harga cabe.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Kesra Kabupaten Bolmong Zainuddin Paputungan, mengatakan saat ini harga Cabe di pasar tradisional mencapai 75 ribu per kilo.
“Berdasarkan hasil pantauan di beberapa pasar harga h cabe rawit mengalami kenaikan hingga lebih dari tiga kali lipat,” ucapnya saat menghadiri High Level Meeting Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Bolaang Mongondow di Ball room Hotel Sutanraja, Kota Kotamobagu, Senin 27 Februari 2023.
Ia mengatakan, upaya pemerintah untuk melakukan operasi, dalam rangka pengendalian inflasi. Namun hal itu belum menjamin terjadi kenaikan harga. Untuk cabe rawit dari harga normal 25 ribu rupiah per kilogram (kg) menjadi 75 ribu rupiah per kilo.
Pada operasi pasar yang dilakukan selama 14 hari sejak 2023, sedikitnya 42 ton beras berhasil dijual dipasaran bekerja sama dengan Bulog. Begitu juga dengan gula pasir dan minyak goreng.
Di pasaran harga jual beras hanya 9000 ribu per kilo, gula pasir 11 ribu yang sebelumnya 14 rib per kilo. minyak goreng saat operasi pasar dijual 14 ribu per kilo yang sebelumnya dijual para pedagang `18 ribu per kilo.
“Kalau harga beras premium kita jual 12 ribu perkilo yang jika di pasar dijual 12.800. Operasi pasar yang dilakukan Pemda Bolmong sudah secara masif. Sedangkan beras medium itu dijual 12 ribu per kilo,” katanya.
Untuk komoditi bawang merah katanya justru mengalami penurunan. Zainuddin menyebutkan, bahwa harga bawang merah saat ini dari 46 rbu per kilo, saat ini turun menjadi 36 ribu per kilo.
Dia mengungkapkan, langkah yang akan dilakukan untuk mengurangi tingginya harga pihaknya akan melakukan operasi pasar serta melakukan pengawasan.
“Jadi kita akan melakukan pemantauan di pasar-pasar dan juga distributor, untuk memastikan tidak terjadi penimbunan. Pemerintah terus berkomitmen untuk menekan dan pemantauan terlebih menjelang bulan Ramadan,” ujarnya.
High level Meeting yang dibuka Sekretaris Daerah Pemkab Bolmong Tahlis Gallang itu menggandeng Bank Indonesia, OJK, dan Perwakilan Bank SulutGo.
Sekda Bolmong Tahlis Gallang menyampaikan kondisi Kabupaten Bolmong memiliki luas wilayah terbesar dari 15 kab/kota se-Sulut.
Dengan memiliki luas wilayah, Kabupaten Bolmong terbagi atas tiga kategori sumber daya alam.
Seperti holticultura, padi sawah yaitu di dataran Dumoga dan perikanan yang ada di pesisir.
Pada High level Meeting Tahlis memberikan gambaran jika perhitungan asumsi inflasi masih merujuk harga pasar di Kota Kotamobagu. Hal ini disebabkan belum adanya pasar modern di Kabupaten Bolmong.
High level Meeting juga membahas soal Portal Percepatan Digitalisasi Daerah (TP2DD). Di mana kata Tahlis, Pemkab Bolmong sudah menerapkan pembayaran non tunai serta berbagai aplikasi. Apalagi saat ini Pemkab Bolmong juga menerapkan SIPD.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulut Andry Prasmuko menyampaikan, laju inflasi perlu dilakukan pencermatan lebih lanjut terkait harga pasar bahan-bahan pokok jelang bulan suci Ramadhan.
Kenaikan harga bahan pokok akibat tingginya permintaan. Kendati begitu kata Andry, tidak ada masalah kenaikan harga tetapi masih berada di level kewajaran.
“Tidak masalah harga naik, karena pedagang juga perlu mencari untung. Namun harganya haruslah wajar,” ujar Andry.
Dalam penerapan TP2DD yang dibutuhkan adalah ketersediaan sarana terutama jaringan. Kata Andry, beberapa daerah yang dikunjunginya, persoalan utama yang dihadapi adalah ketersediaan jaringan.
Untuk, itu dia meminta hal ini perlu dibahas bersama pemerintah daerah agar pengembangan dan perluasan digitalisasi daerah dapat terlaksana. (*)