TOTABUAN.CO BOLMONG – Bolaang Mongondow (Bolmong) adalah salah satu daerah penghasil kopra di Sulawesi Utara (Sulut). Setiap tahun, produksinya pun meningkat. Data di Dinas Perkebunan (Disbun) Bolmong menyebut luas areal tanam, kelapa jenis kelapa dalam di Bolmong tahun 2016 seluas 23.125,73 hektare (Ha) dan panen 29.021,29 ton. Dari hasil itu, rata-rata panen tiap kecamatan yakni 1.351,16 ton.
“Hasil tahun 2016 lalu meningkat dari tahun 2015 silam. Dengan luas areal itu, jumlah panen kelapa dalam sebesar 28.880,60 ton. Rata-rata produksi tiap kecamatan yakni 1.417,72,” kata Kepala Seksi Pasca Panen Disbun Bolmong, Ni Ketut Swartini.
Adapun jumlah rumah tangga petani kelapa untuk dua tahun terakhir ini yakni sebanyak 25.307 rumah tangga. Tanaman jenis kelapa dalam tersebar di 15 kecamatan di Bolmong , di mana tiga kecamatan yakni Kecataman Lolak, Poigar dan Lolayan merupakan daerah kebun kelapa terbesar di Bolmong. “Luas areal tanaman kelapa di tiga kecamatan itu sekitar 4.000 Ha,” jelasnya.
Sementara produksi kelapa hibrida tak seperti kelapa dalam. Kelapa ini hanya ada di tujuh kecamatan dan areal terbesar berada di Poigar dengan luas 141 Ha. Hanya ada 290 rumah tangga yang menggarap kelapa ini.
“Luas areal kelapa hibrida tahun 2016 lalu seluas 273,75 Ha dengan produksi 184,35 ton. Produksi rata-rata tiap kecamatan yakni 938,19 ton. Hasil ini sama seperti tahun 2015,” katanya.
Namun, untuk 2017 ini, pihaknya memprediksikan produksi kopra di Bomong bakal turun. Sebab, saat ini saja, banyak warga memanen kelapa muda. “Kita lihat di lapangan banyak yang hanya menjual kelapa muda. Kita bisa lihat mobil angkutan yang bolak-balik di jalan raya,” ujarnya.
Indikasi lainnya yang bakal menyebabkan turunnya produksi kopra karena mahalnya biaya produksi kopra. Juga dengan berkurangnya tenaga kerja.
“Jadi masyarakat lebih memilih yang instan sekarang. Kita bisa liat banyak yang jual kelapa muda. Meskipun demikian, ini tidak berpengaruh signifikan,” katanya.