TOTABUAN.CO BOLMONG —Regional Investor Relation Unit (RIRU) dan Bank Indonesia (BI) tetap akan mengawal project investasi masuk final di North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) 2024. Salah satunya soal peluang investasi pengelolaan sampah menjadi RDF (Refused Derived Fuel) dari Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Hal itu dikatakan Kepala Bank Indonesia Sulut Andry Prasmuko usai (NSIC) yang telah digelar di Hotel Luwansa Manado Kamis (18/7) kemarin.
Investasi pengelolaan sampah menjadi RDF (Refused Derived Fuel) dengan hasil akhir bahan bakar alternatif dalam bentuk pellet, dinilai bakal dilirik investor. Sebab project ini sangat ekonomi karena proses pengolahannya sebagai bahan baku pengganti batu bara.
“Harapan kami bukan hanya investasi dari pemerintah tapi juga dari swasta,” ujar Kepala Bank Indonesia Sulut Andry Prasmuko.
Dia menambahkan, bila dioptimalkan maka potensi yang ada, dapat memberikan dampak besar berupa terbukanya lapangan kerja hingga peningkatan ekonomi daerah.
Andry juga menyoroti perlunya investasi masuk ke daerah, apalagi bila melihat struktur ekonomi Sulut yang selama ini didominasi oleh konsumsi rumah tangga.
“Satu dekade terakhir didominasi oleh konsumsi rumah tangga, ini menunjukkan kita perlu peran investasi untuk bisa masuk. Keberadaan RIRU diharapkan jadi pusat informasi dan promosi,” kata Andry.
Andry berharap Bolmong terus semangat memfollow up project pengolahan sampah menjadi Refused Detibed Fuel (RDf) bahan bakar pengganti batu bara. Karena project Bolmong merupakan isu paling menarik dan sering dilirik Investor maupun Buyers.
Kepala Dinas DPMPTSP Provinsi Sulut Syalom Korompis mengatakan usai kegiatan NSIC akan dilaksanakan pameran investasi pada 9 Agustus mendatang yang menghadirkan investor/ Buyers. Nantinya tiga project finalis dari tiga daerah bisa dilirik investor.
“Saya berharap ke 3 project terpilih Tahun 2024 ini di Sulut akan langsung ditawarkan oleh masing-masing kepala daerah di kegiatan pameran Investasi nantinya,” kata Syalom.
Kabupaten Bolmong sendiri masuk babak final The North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) Tahun 2024.
Dari proyek investasi yang dinilai, Pemkab Bolmong mengambil isu soal pengelolaan sampah menjadi Refused Derived Fuel (RDF).
Kepala Bidang pengendalian pencemaran kerusakan lingkungan hidup pengelolaan sampah dan limbah bahan berbahaya beracun Deasy Makalalag menjelaskan, isu yang diangkat Pemkab Bolmong, menjadi nominasi dan masuk tiga besar hasil penilaian dewan juri.
Dengan pengelolaan sampah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar pengganti batu bara, sangat ideal dengan visi mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulut melalui investasi daerah, RIRU. Selain itu juga menjaring proyek clean and clear dari seluruh kabupaten kota di Sulut.
“Pada pengelolaan sampah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) hasil kolaborasi Dinas PMPTSP, Bappeda, Dinas Perdagangan dan ESDM dan Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi teknis,” kata Deasy.
Deasy menjelaskan alasan mengangkat isu soal pengelolaan sampah menjadi RDF atau bahan bakar pengganti Batu Bara, karena memiliki nilai ekonomis.
RDF adalah bahan bakar yang berasal dari sampah yang telah melalui proses pemilahan. Homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau pemadatan dibentuk menjadi pellet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Secara umum pengolahan sampah menjadi RDF meliputi pemilahan, pencacahan, pengeringan, pengayakan, pengemasan, dan penyimpanan.
“Keuntungan dari pengolahan sampah ini, mengurangi timbulan sampah dalam jumlah yang signifikan dalam waktu relative singkat. Selain itu RDF dapat diproduksi dalam waktu cepat. Sumber RDF dapat diproduksi dari berbagai jenis limbah, seperti municipal solid waste (MSW) atau limbah padat perkotaan, limbah industry, limbah komersial ataupun limbah pertanian/hutan,” katanya.
Kabid Promosi Perlindungan Konsumen Tertib Niaga Dinas Perdagangan dan ESDM Bolmong Susanti Hadji Ali menambahkan, project yang diikutkan Kabupaten Bolmong di The North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) Tahun 2024, sangat menjual.
Kendati masuk rangking tiga, namun Dia meyakini project ini akan dilirik investor. Alasannya kata Susan, memberi manfaat sosial akan dapat berkontribusi terhadap indikator pelayanan dasar, berupa sanitasi layak.
Selain itu memberi dampak positif untuk lingkungan sebagai penyediaan sumber bahan baku pengganti batu bara untuk usaha/kegiatan pabrik semen dan pembangkit listrik tenaga Uap (PLTU) yang berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK. (*)