TOTABUAN.CO BOLMONG — Persoalan aset di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) nampaknya masih belum selesai. Terbukti dari data yang dihimpun dari Badan Keuangan Daerah (BKD) Bolmong, terdapat 66 miliar rupiah asset milik daerah menghilang. Data tersebut merupakan akumulasi dari aset yang dihibahkan ke Empat daerah hasil pemekaran.
Kepala Seksie Pendayagunaan dan Peminda Tanganan Badan Keuangan Daerah, Michael Junius mengatakan hingga saat ini aset masih menjadi persoalan utama di Bolmong. Aset tersebut kata Michael nantinya mempengaruhi hasil opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dua tahun terakhir.
“Problem utama disclaimer itu karena aset yang belum tuntas ke daerah pemekaran,” kata Michael menjelaskan Kamis (22/11/2018).
Dari rincian yang ada, aset yang diserahkan ke daerah pemekaran antara lain, Kota Kotamobagu sebesar Rp 59 miliar, namun yang diterima hanya Rp 35 Miliar. Sementara Rp17 Miliar tidak diterima. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) total aset yang dihibahkan sebesar Rp14 Miliar, namun yang diterima hanya 1,2 Miliar, dan yang belum diterima Rp13 Miliar.
Begitu pula Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), yang dihibahkan sebesar Rp40 Miliar, namun yang diterima hanya Rp35 Miliar. Sedangkan yang belum diterima sebesar Rp5 Miliar. Yang terakhir adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Bolsel kata Michael penerima aset hibah terbesar yakni Rp59 Miliar. Namun yang diterima hanya Rp29 Miliar, sementara sisanya masih Rp30 Miliar belum diterima.
“Ke-empat daerah tersebut belum menerima sisa dana hibah karena telah melakukan identifikasi terlebih terhadap bukti aset di lapangan sebelum menerima. Nyatanya, sebagian aset tidak ada,” kata Michael menjelaskan.
Total aset yang belum diterim dari keseluruhan aset yang dihibahkan ke daerah pemekaran dan provinsi berjumlah Rp 66 Miliar. Itu meliputi aset tanah, peralatan mesin, jalan irigasi jaringan, dan gedung.
“Sebagian besar tidak bisa diputihkan karena bukti fisik tidak ada,” jelasnya.
Penulis: Viko