TOTABUAN.CO BOLMONG — Banjir yang melanda wilayah Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) merusak gedung dan fasilitas sekolah.
Dinas Pendidikan Bolmong sempat meliburkan para siswa selama satu pekan, karena kondisi grdung sekolah rusak parah.
Namun kondisi tersebut, tidak menyurutkan semangat bagi pemerintah daerah serta para siswa korban banjir untuk mengikuti proses belajar meski memiliki keterbatasan fasilitas.
Dalam segala keterbatasan, anak-anak korban banjir di Desa Batu Merah tetap bersemangat untuk belajar.
Hari ini (Senin Red) para siswa mulai belajar,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta.
Renti mengatakan, proses belajar mengajar masih dilakukan di tenda sambil menunggu proses renovasi, pembersihan dan perbaikan gedung sekolah yang rusak akibat diterjang banjir bandang.
Renti menjelaskan, tenda yang digunakan para siswa merupakan bantuan yang diberikan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kemeterian Pendidikan. “Alhamdulillah, nantinya bantuan akan lebih memberikan kenyamanan para siswa untuk belajar,” kata Renti.
Trauma Healing
Sementara DP3A Bolmong bersama Forum Anak Daerah Bolmong dan P2TP2A (Psycolog dan Peksos ) terus melakukan Trauma Healing bagi anak- anak dan perempuan yang terdanpak banjir bandang di Desa Batu Merah.
Menurut Kepala Dinas P3A Bolmong Farida Mooduto, Trauma healing adalah proses penyembuhan pascatrauma agar warga yang terdampak korban banjir dapat terus melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang kejadian tersebut.
Farida menjelaskan, trauma dapat disebabkan oleh kejadian-kejadian negatif yang berdampak buruk dan berlanjut pada stabilitas mental dan emosional korban.
Bantuan untuk korban terdampak banjir terus berdatangan, baik dari materi maupun immateri. Salah satu bantuan yang paling dibutuhkan para korban bencana adalah pemulihan anak-anak dari trauma.
“Bencana memiliki dampak fisik dan psikologis pada anak,” katanya.
Pentingnya Trauma healing dilakukan kepada anak korban banjir untuk mengembalikan memori tentang bencana yang memporak porandakan rumah dan sekolah mereka.
“Nah, reaksi seperti ini bisa menimbulkan tekanan psikologis yang luar biasa bagi anak dan akan mengganggu hubungan mereka dengan sekitar, termasuk sekolah,” terangnya. Pada kegiatan itu juga sekaligus pemberian bantuan alat tulis menulis, susu,air mineral dan aneka biskuit, beras, sabun dan telur serta pakaian anak anak layak pakai. (*)