TOTABUAN.CO — Kericuhan kembali mewarnai sepakbola nasional. Kali ini terjadi dalam laga pamungkas delapan besar Grup 1 Indonesia Super League (ISL) 2014, antara Semen Padang FC kontra Arema Cronus, di Stadion H Agus Salim Padang, Rabu (29/10) sore.
Begitu laga berakhir, sejumlah pemain, pelatih dan ofisial tim Kabau Sirah, julukan Semen Padang FC, langsung mengerubungi wasit Novari Ikhsan. Tak jelas apa yang mereka protes. Tapi, sepanjang pertandingan hal tersebut terjadi beberapa kali.
Salah satunya, ketika laga baru berjalan sekitar tiga menit. Striker Semen Padang FC Osas Saha yang lepas dari pengawalan bek Arema, dilabrak kiper Kurnia Meiga di dalam petak 16. Namun wasit tak menganggapnya pelanggaran, meski mendapat protes keras dari pemain-pemain tuan rumah.
Pelanggaran keras pemain Arema di kotak penalti kembali terjadi pada masa injury time babak kedua. Kali ini korbannya adalah Esteban Vizcarra yang paha belakangnya dihantam Victor Igbonefo. Tapi, lagi-lagi wasit tidak melihatnya sebagai pelanggaran dan tidak mengubris protes yang dilakukan Eka Ramdani dkk.
Keputusan wasit yang dinilai kerap merugikan tuan rumah itu, ikut memancing emosi penonton. Botol-botol air mineral pun kerap terbang ke pinggir lapangan.
Melihat sejumlah pemain, pelatih, dan ofisial Semen Padang FC mengerubungi wasit seusai laga, para penonton pun kembali melempar botol minuman mineral ke lapangan.
Selain wasit, bench Arema Cronus menjadi sasaran pelemparan tersebut. Ini membuat mereka tak bisa langsung masuk ke ruang ganti. Setelah sekitar lima menit tertahan di lapangan, pihak kepolisian memberi pengawalan dengan tameng kepada para wasit. Akhirnya mereka bisa masuk ke ruang ganti dengan diiringi hujanan botol air mineral dari penonton di tribun barat atau tribun tertutup.
Tak berselisih lama dari kejadian tersebut, entah kenapa tiba-tiba kericuhan terjadi di tribun selatan. Kali ini bukan hanya botol air mineral yang beterbangan, tapi juga terjadi perang flare antara penonton yang sudah merangksek ke pinggir lapangan dengan penonton yang berada di tribun selatan.
Melihat itu, polisi langsung mengambil tindakan dengan membubarkan masa yang berada di tribun selatan. Dari sana, polisi pun terlihat menggiring seorang penonton ke arah ruang ganti yang berada di bawah tribun barat.
Pemain, pelatih, dan offisial Arema sendiri sempat tertahan di lapangan sekitar 20 menit. Kurnia Meiga yang jadi sasaran ejekan penonton sejak awal pertandingan menjadi pemain paling terakhir masuk ke ruang ganti. Dia dikawal ketat oleh polisi bertameng dan diiringin lemparan botol dari penonton di tribun barat.
“Anda semua lihat apa yang terjadi di lapangan. Berkali-kali mungkin ratusan pelanggaran terjadi kepada kami, tapi wasit tak tegas mengubrisnya,” teriak Osas Saha di tengah lapangan, seusai laga, seperti dilansir dari Padang Ekspres, Rabu (29/10).
Sementara itu, dalam sesi jumpa pers, manajemen Semen Padang FC Asdian, menduga ada konspirasi dalam laga tersebut. “Di laga sepenting ini, kenapa wasit tua yang ditugasi. Beberapa kali, wasit pun bingung mengambil keputusan. Jelas ini sangat mengecewakan. Laga ini laga yang bagus, tapi dikotori oleh kepemimpinan wasit,” tuturnya.
Terhadap kericuhan yang terjadi, Asdian meminta PSSI melihatnya dengan jernih. Apalagi, Ketua Komisi Disilpin (Komdis) Hinca Panjaitan, Presiden Direktur PT Liga Indonesia Syahril Taher, dan inspektur wasit Jimmy Napitupulu menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion.
“PSSI harus mencari apa yang jadi akar masalah sehingga kericuhan terjadi. Kami sendiri akan melakukan protes atas kepemimpinan wasit yang sering merugikan kami di laga tadi,” ucapnya.
sumber : jpnn.com