TOTABUAN.CO – Pergelaran kompetisi Premier League tinggal tersisa 10 pekan atau pertandingan. Persaingan di papan atas—perebutan gelar juara, tiket Liga Champions, dan Liga Europa—kian memanas. Pun demikian halnya dengan persaingan di papan bawah. Setidaknya, tujuh (7) klub masih harus berjuang keras menghindari jerat degradasi.
Nah, melihat sejarah di musim-musim sebelumnya, 10 partai sisa yang akan dijalani ke-20 klub (kecuali Chelsea, Tottenham, QPR, dan Leicester yang baru melalui 27 partai atau memiliki 11 partai sisa) sedikit banyak bakal mempengaruhi posisi masing-masing klub di akhir musim.
Bagaimana mengukur berat tidaknya lawan satu klub di partai sisa? Telegraph melansir klub dan calon lawannya di partai sisa berdasarkan posisi klub lawan tersebut di klasemen sementara. Jumlah posisi masing-masing lawan klub dijumlahkan dan hasilnya dibagi dengan jumlah partai sisa.
Contohnya, Chelsea, akan menghadapi Southampton (peringkat keenam, 6), Hull City (15), Stoke City (8), QPR (18), MU (4), Arsenal (3), Leicester (20), Palace (12), Liverpool (5), West Brom (13), dan Sunderland (16). Jumlah peringkat lawan Chelsea berjumlah 120. Dengan jumlah 11 partai sisa, maka rata-rata koefisien lawan Chelsea sebesar 10,9. Dengan perhitungan seperti itu, semakin kecil koefisien, maka artinya semakin berat lawan yang akan dihadapi.
Berdasarkan formula perhitungan tersebut, West Ham United diklaim mempunyai jadwal yang paling ringan di antara 20 klub premiership, yaitu koefisiennya sebesar 12,8. Sebaliknya, West Brom menjadi tim yang jadwal sisanya paling berat, 8,4.
Bagaimana dengan tim-tim di papan atas dan bawah? MU dan Liverpool harus bersiap-siap mengingat lawan yang akan mereka hadapi di partai sisa musim ini terbilang paling berat dibandingkan tim-tim papan atas lainnya. Koefisien lawan MU sebesar 8,9, sementara lawan Liverpool 9,4.
Yang menarik, di papan bawah, juru kunci Leicester mendapat koefisien paling besar di antara rival-rivalnya, yakni 11,4. Artinya, lawan yang dihadapi Leicester, relatif lebih ringan dibanding tim-tim saingannya di zona degradasi.
Sebaliknya, Hull City memiliki koefisien paling rendah alias menjalani jadwal laga paling berat: 8,6. Sementara, dua tim yang tengah terjerembab di zona merah, QPR dan Burnley, sama-sama menghadapi jadwal yang sama-sama berat dimana koefisiennya sebesar 10,2.
sumber: beritasatu.com