TOTABUAN.CO — Meski dihadapkan pada kondisi pertandingan yang kurang menguntungkan dari pihak tuan rumah, seluruh atlet DKI tetap semangat mempertahankan posisi peringkat pertama dan meraih gelar juara umum pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja I 2014, di Surabaya, Jawa Timur.
Berdasarkan perolehan medali hingga Kamis (11/12) malam, Kontingen DKI Jakarta masih berada di puncak klasemen. DKI meraih 16 medali emas, 12 perak dan 6 perunggu. Unggul atas Jatim, yang berada di posisi kedua dengan 11 emas, 13 perak dan 8 perunggu.
Pimpinan Kontingen DKI Jakarta, Icuk Sugiarto mengakui perjuangan atlet DKI tidak hanya membutuhkan kerja keras, tetapi juga kesabaran dalam menjalankan prinsip fair play, sportivitas dan persabahatan.
“Memang perjuangan atlet DKI dalam PON Remaja ini harus menuai badai cobaan. Tapi saya yakin hal itu tidak akan menyurutkan perjuangan atlet DKI untuk menuai prestasi meraih gelar juara umum,” kata Icuk dalam berita rilis yang diterima beritasatu.com, Jumat (12/12).
Icuk menilai kekuatan dan kegigihan atlet DKI mendulang medali emas telah menciutkan nyali para atlet dari daerah lain, khususnya, atlet tuan rumah, Surabaya, yang sangat ingin menjadi juara umum. Maka berbagai cara pun dilakukan untuk menghadang langkah atlet DKI untuk menjadi juara.
Salah satunya yang terjadi pada pertandingan cabang olahraga (cabor), Rabu (10/12). Pada pertandingan ganda campuran, pasangan DKI Jakarta, Chico Aura Dwi Wardoyo/Jauza Fadhilla Sugiarto melawan Akbar Gusti Ramadhani/Miftahui Nabila (Jawa Timur) diwarnai intimidasi dari para pendukung tuan rumah.
Saat pasangan atlet ganda campuran DKI unggul 21-12 di game pertama, para pendukung atlet tuan rumah melakukan intimidasi yang dinilai berperilaku tidak senonoh dan mengucapkan kata-kata yang sangat tidak sopan, bahkan menjurus suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Sayangnya, panitia pelaksana tidak mampu mengatasi suasana tersebut. Akibatnya, atlet bulutangkis ganda campuran asal DKI mengundurkan diri karena suasana sudah tidak kondisif.
“Sudah pasti ulah dan tindakan suporter sangat mengganggu pemain. Lebih parah lagi, kondisi ini tidak mampu diatasi panitia pelaksana. Selain itu, di lokasi pertandingan bulutangkis tidak terlihat adanya petugas keamanan,” jelasnya.
Tidak hanya itu saja, ungkap Icuk, KONI DKI bersama dengan beberapa daerah peserta lainnya juga mempermasalahkan soal kuota atlet yang ditetapkan pada cabor bulutangkis, tenis dan tenis meja, yaitu dua orang terdiri satu atlet putra dan satu atlet putri pada masing-masing cabor.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan, tim cabor bulutangkis Jawa Timu terdiri dari 4 atlet, satu atlet tunggal putra, satu tunggal putri dan satu pasang ganda campuran.
Kelebihan kuota atlet Jatim pada cabang bulutangkis disinyalir juga akan terjadi pula pada cabang tenis dan tenis meja.
“Jelas, jumlah empat orang atlet tersebut sudah melanggar ketentuan dan mencederai nilai sportivitas yang diucapkan Ketua PB PON Remaja I, Gubernur Jatim, Ketua Umum KONI Pusat dan Menpora pada pembukaan 9 Desember 2014. Kami sudah melayangkan surat protes,” paparnya.
Melihat berbagai cara untuk menjegal laju atlet DKI, KONI DKI telah meminta ketetapan kuota atlet dan azas sportivitas harus ditegakkan oleh semua pihak terutama oleh panitia pelaksana, wasit dan juri dan penanggungjawab kontingen secara konsisten dan konsekuen.
KONI DKI juga mendesak PB PON Remaja I melakukan tindakan tegas terhadap kontingen Jawa Timur, yang melanggar ketentuan tersebut agar dikenakan diskualifikasi.
sumber : beritasatu.com