TOTABUAN.CO BOLTIM – Banyak keluhan datang dari konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Tutuyan Dua Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) .
Protes ketidakjelasan penyaluran BBM jenis solar di SPBU itu karena konsumen menduga ada oknum petugas “nakal” yang bermain dan mengambil keuntungan dalam penjualan BBM. Keluhan itu datang dari salah satu anggota DPRD Boltim Sofyan Alhabsyi. Sebagai konsumen, dia menduga proses penyaluran bahan bakar di daerahnya.
“Sebenarnya kita tidak pernah kekurangan stok BBM. Biasa saya perhatikan, BBM masuk malam, paginya pasokan solar sudah habis,” keluh dia.
Berdasarkan hasil pantauannya, solar masuk di SPBU pukul 21.00 Wita, namun paginya sudah habis. Hal itu karena layanan pengisian lebih mengutamakan jerigen sebab pihak SPBU mendapat fee.
“Jika per jerigen dengan kapasitas 25 liter pihak SPBU mendapat fee 10 ribu dan jerigen kapasitas 35 liter fee 15 ribu. Hitung berapa duit hasil kejahatan. Solar 8000 liter dan Premium 6000 liter. Bila ditambahkan totalnya 14 ribu liter bagi 35 liter perjerigen sama dengan 400 jerigen. Jika dikali 15 ribu, hasilnya 6 juta dalam semalam. Dikali sebulan total uang hasil kejahatan kurang lebih 180 juta,” papar Sofyan.
Memang pelayanan SPBU tersebut kerap mendapat sorotan dari masyarakat. Protes itu karena pihak SPBU sering melayani pembelian BBM menggunakan jerigen. Bahkan perna di police line oleh petugas karena kedapatan mengisi BBM di Jerigen.
“SPBU tidak dibenarkan melayani pembelian BBM menggunakan jerigen. Apalagi pembelian BBM menggunakan jerigen dalam jumlah banyak. Hal ini dapat merugikan konsumen pengguna BBM, terutama kendaraan roda dua dan empat,” ujarnya.
“Pantasan stok BBM-nya cepat habis karena setiap hari melayani pengisian jerigen dan itu sudah menjadi rahasia umum, sedangkan pengawasan dari Pertamina ke SPBU tersebut jarang sekali,” sambungnya.
Adrian Mamonto juga menyatakan protes kepada pihak SPBU. “Kami protes kepada pemilik SPBU, karena memprioritaskan warga membawa jerigen dari pada mendahulukan pengisian kendaraan roda dua dan empat,” ujarnya.
Ia merasa terganggu praktek pengisian jerigen dilakukan pada saat antrean. “Tadi malam sempat singgah di SPBU untuk mengisi Premium. Namun menurut petugas habis. Tapi anehnya petugas sedang mengisi BBM premium di jerigen. Ini perlu ada ketegasaan dari pemerintah, termasuk Pertamian untuk menindak tegas praktik yang merugikan masyarakat,” tegasnya. (*)