TOTABUAN.CO BOLMONG – Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) saat ini sedang melakukan pendataan bagi korban ambruknya tambang yang ada di puncak Busa di Desa Bakan Kecamatan Lolayan.
Menurut Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow, saat ini pemerintah sedang mendata jumlah korban yang meninggal dan luka-luka atas peristiwa itu.
“Iya, untuk korban tambang Bakan akan diberikan santunan,” ujar Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow.
Namun untuk yang mendapatkan santunan dari Pemkab Bolmong, adalah warga asli Bolmong.
“Jadi yang akan menerima santunan ini, adalah penduduk Bolmong yang memiliki KTP Bolmong,” jelasnya.
Bupati sendiri belum memberitahukan nominal santunan yang akan diberikan. Namun untuk korban meninggal dan luka tentu berbeda yang akan diberikan.
Untuk santunan korban yang meninggal, tentu akan diterima ahli waris seperti istri anak atau orang tua korban.
Peristiwa ambruknya tambang di Desa Bakan memjadi perhatian semua pihak. Upaya evakuasi korban di lokasi, banyak pihak yang membantu.
“Atas nama pemerintah daerah, sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut mambantu. Baik dari sisi material, moril. Duka Bakan duka kita semua,” ungkapnya.
Bupati menamabahkan, pemkab masih akan melakukan rapat koordinasi dengan Forkopimda untuk menentukan langkah selanjutnya.
“Saya belum bisa memutuskan secara sendiri. Nanti akan ada rapat dengan Forkopimda,” kata Bupati.
Dengan demikian, proses evakuasi dinyatakan ditutup dan tinggal akan dilanjutkan dengan operasi rehabilitas. Kini, prosese evakuasi telah ditutup.
Dirops Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo mengatakan, ditutupnya proses evakuasi, karena kondisi lokasi tidak nyaman lagi.
Dia menjelaskan, selama propses evakuasi ada 45 kantong jenasah yang berhasil dievakuasi. Dari 45 kantong itu, terdapat 18 jenazah.
“Jadi dari 45 kantong jenazah, 27 orang meninggal,” jelasnya.
Dari itu lanjutnya, cocok dengan laporan masyarakat terkait dengan laporan orang hilang yakni 22 orang.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Postmortem Polda Sulawesi Utara (Sulut) membeberkan, dari dua posko yang dibuka yakni Pokso orang hilang dan posko identifikasi. Dimana, jumlah yang melapor berjumlah 22 orang yang hilang.
Ketua tim Post Mortem tim DVI Polda Sulut dr Paula Lihawa MforSc, mengatakan sejak hari pertama tim DVI menerima 20 kantong jenazah. Dari 20 kantong jenazah itu, 13 orang teridentifikasi positif melalui berbagai tanda khas pada tubuh dan sidik jari.
Lima kantong tidak teridentifikasi berupa satu jenazah utuh dan empat potongan tubuh. Sedangkan masih ada dua kantong yang dalam proses identifikasi tim di RS Pobundayan.
“Jadi dari 22 laporan orang hilang, 13 orang teridentifikasi positif meninggal. Dari tujuh laporan sisa belum ada yang positif. Satu laporan ternyata ditemukan hidup satu lagi dilaporkan meninggal tapi langsung dijemut pihak keluarga tanpa melewati Posko Postmortem,” jelas dr Paula Lihawa.
Dia mengatakan, jika ada pihak keluarga yang merasa ada anggota keluarga yang hilang, segera melapor ke Urkes Bolaang Mongondow dan berkoordinasi ke Dinas Capil.(**)