TOTABUAN.CO BOLTIM – Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Landjar menyayangkan masih banyak warga Boltim yang belum mengetahui tentang pemilu 2019. Padahal tinggal dua bulan ke depan pelaksanaan pencoblosan, namun diperkirakan masih 90 persen warga Boltim belum banyak menerima sosialisasi.
Hal itu dikatakannya saat melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Modayag Selasa (12/2/2019).
“Saya yakin masih banyak masyarakat yang belum paham dan mengerti soal cara mencoblos, warna kertas untuk semua tingkatan. Jadi ini perlu menjadi catatan untuk wartawan,” ujar Sehan.
Selaku pemerintah katanya, punya kewajiban untuk mensosialisasikan hal ini. Namun KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara, harusnya lebih banyak turun ke desa-desa untuk mensosialisasikan soal teknik dan aturan di Pemilu ini.
Waktu pelaksanaan pemungutan suara tinggal dua bulan lagi, mendorong penyelenggara untuk terus lebih memaksimalkan tugas mereka untuk mensosialisasikan.
Ketua DPW PAN Sulut ini menilai, Bawaslu dan KPU hanya fokus dalam penertiban APK. Sementara sosialisasi terkait dengan pelaksnaaan Pemilu masih sangat kurang dilakukan. Sebagai pemerintah lanjutnya, khawatir sebab akan berdampak pada partisipasi pemilih.
“KPU dan Bawaslu jangan hanya fokus untuk menertibkan APK. Sosialisasi itu juga perlu untuk dilakukan,” tegasnya.
Dia menilai bahwa sosialisasi soal Pemilu itu baru dilakukan di tingkat internal parpol saja. Namun penuh dengan kepentingan.
Ditambah sosialisasi dari para Caleg yang tidak menyentuh atau memberikan pendidikan politik, juga dinilai salah faktir pelemahan pemilih di masyarakat.
“Dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini, ajakan atau sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan hak suaranya dan datang ke TPS sangat perlu dilakukan pihak penyelenggara,” tegasnya.
Ajakan itu bukan hanya sekedar saja, tetapi bagaimana harus memberikan rangsangan agar keinginan masyarakat bisa timbul. Penyelenggara diminta lebih intens untuk mendorong masyarakat dengan metode yang lebih menarik dan realistis.
Masyarakat juga wajib berpartisipasi menyukseskan Pemilu. Sebab lanjutnya, hasil Pemilu dapat mempengaruhi nasib daerah bahkan bangsa Indonesia lima tahun ke depan. Masyarakat diminta untuk tidak golput namun justru memilih pemimpin yang cerdas berkualitas.
Menurut Sehan, perlunya KPU meningkatkan sosialisasi dan penyebaran informasi teknis pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS) ke tengah masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat memiliki semangat datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.
Program yang dijalankan oleh KPU untuk meningkatkan partisipasi pemilih, namun faktanya hingga saat ini belum berjalan dengan baik dan tidak menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat terutama petani. Padahal mereka memiliki keinginan memilih cukup tinggi.
Selain itu sangat disayangkan apabila keinginan memilih masyarakat tidak dibarengi dengan pengetahuan teknis pencoblosan di TPS, sehingga bisa saja mereka melakukan kesalahan dalam pencoblosan surat suara dan suara mereka dianggap tidak sah. (**)