TOTABUAN.CO BOLTIM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bolang Mongondow Timur (Boltim) mencatat, sejak 1- 9 Januari 2019 terjadi peningkatan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Boltim Eko Marsidi mengatakan, jumlah yang positif DBD berjumlah Delapan orang sedangkan 19 orang lainnya alami Suspek atau infeksi DBD. Dari jumlah itu, kebanyakan berada di Kecamatan Kotabunan.
“Jadi jumlahnya 19 Suspek, dan 8 orang positif DBD,” ujar Eko ketika dikonfirmasi Rabu (9/1/2019).
Mereka yang positif DBD menderita sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi.
Berdasarkan laporan yang diterima kata Eko, ada juga terdapat di Desa Dodap 2 orang, dan di Desa Tutyan 1 orang.
“Mereka rata-rata dirawat di Rumah Sakit di Ratatotok Kabupaten Minahasa Tengagra,” jelasnya.
Eko mengakui ada peningkatan terjadinya DBD terhitung 1 hingga 9 Januari 2019. Pada 2018 lalu terjadi kasus DBD berjumlah 91 kasus.
Di Desa Kotabunan sendiri pada 2018 lalu hanya terjadi 4 Suspek, sedangkan Januari 2019 ini berjumlah 19 Suspek dan Delapan positif DBD.
Hingga saat ini petugas ksehatan terus mencari informasi terkait dengan kasus DBD.
Pencegahan DBD
Setiap tahun, kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar bulan Januari, dan cenderung turun pada bulan Februari hingga ke penghujung tahun.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Boltim Eko Marsidi, dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.
Dia menjelaskan, kasus DBD tidak hanya dengan fogging. Seharusnya program PSN, yaitu menguras, menutup memanfaatkan itu rutin dilakukan warga guna untuk memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah.
Program PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.
Sejak beberapa tahun sebelumnya Dinas Kesehatan mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat DBD. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah DBD dari mulai pintu masuk sampai ke pintu rumah.
Terjadinya DBD karena berbagai faktor yaitu lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes,pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk.
Penulis: Hasdy