TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Kotamobagu Sitti Rafiqa Bora, menyesalkan masih terjadi kekerasan yang terjadi di sekolah.
Menurut Rafiqa, P2TP2A akan meungguuh laporan resmi terkait dengan peristiwa yang terjadi di SDN 1 Mogolaing Kecamatan Kotamobagu Barat yang dialami salah satu siswa.
“Untuk sementara waktu kita asesmen dulu apakah nantinya diserahkan kepada keluarga atau tidak. Namun yang jelas ini peru pendampingan,” kata Rafiqa ketika dikonfirmasi Jumat (27/7/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kalaupun memang nantinya diserahkan kembali kepada pihak keluarga, meminta oknum guru harus dipindahkan dan diberikan sanksi agar mendapat efek jera.
Baca Juga:Siswa SD di Kota Kotamobagu Diduga Ditampar Oknum Guru
Saat ini pihaknya terus gencar untuk mensosialisasikan pentingnya perlindungan anak dan perempuan. Sebab lanjutnya, baru saja Kota Kotamobagu menerima penghargaan Kota Layak Anak dan Sekolah Layak Anak oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak belum lama ini.
Rafiqa mengingatkan kepada semua elemen masyarakat lebih peka dan peduli terhadap tindak kekerasan yang terjadi.
Menurutnya, anak sebagai asset bangsa merupakan potensi subjek bagi pembangunan di masa depan, yang harus diarahkan.
Diketahui siswa kelas 6 SD bernama Dwi Jovan Asi (10) alami kekerasan yang diduga dilakukan oknum guru. Pipi Dwi memar karena diduga ditampar.
Kejadian itu terjadi pada Kamis Kamis 27 Juli 2018 sekitar pukul 11.00 Wita. Kejadian tersebut diketahui Irawati Amain (41) orang tua Dwi saat melihat pipi Dwi memar.
Selain wajah, bagian tangannya juga luka, karena dicubit. Jumat (27/7), Irawati mendatangi sekolah dan mempertanyakan soal kejadian tersebut.
Kepala Sekolah SDN 1 Mogolaing Hikma Mongilong mengatakan, akan segera menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dia juga meminta orang tua murid tetap bersabar.
“Serahkan semuanya kepada pihak sekolah untuk menyelesaikan,” ujar Hikma.
Hikma mengatakan, kejadian ini baru kali ini terjadi di sekolah SD Negeri 1 Mogolaing. Bahkan sering mengingatkan bahwa harus sabar menghadapi anak didik.
Sementara NS yang merupakan oknum mengakui kejadian tersebut. Dia menjelaskan, sebelum kejadian tersebut Dwi melakukan kesalahan dengan membentak guru. Mendengar hal tersebut spontan NS menampar dua kali pipi Dwi, kata NS menceritakan.
NS mengaku memukul di bagian pipi, bahu kiri dan kanan serta mencubitnya di tangan. Kendati demikian lanjut NS dia mengaku bukan berarti membenci, namun hanya memberikan pelajaran.
Penulis: Hasdy