TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Festival Binarundak atau disebut Lemang sudah menjadi tradisi bagi warga yang ada di Kota Kotamobagu khususnya di Kelurahan Motoboi Besar Kecamatan Kotamobagu Timur. Bagi warga setempat, festival tersebut dilaksanakan setelah tiga hari setelah lebaran.
Selain sudah menjadi tradisi, hal ini juga sebagai ajang silahturahmi bagi warga, terlebih bagi mereka yang baru pulang dari perantauan.
Sejak pagi, kesibukan warga itu mulai tampak terlihat disetiap depan rumah. Aktivitas ibu-ibu yang berkelompok tengah meramu beras ketan. Sedangkan untuk laki-laki, mereka menyiapkan tempat pembakaran Binarundak.
Sabut kelapa yang terhampar di lokasi pembakaran bersama bambu yang sudah dipotong siap diisi beras ketan yang sudah dicampur santan kelapa.
Binarundak ala Bolaang Mongondow, rasanya lebih gurih karena santannya telah dicampur dengan rempah-rempah.
Proses pembakaran Binarundak memang butuh waktu hingga 3 jam.
Para pria saling bergantian memutar bambu untuk menjaga agar Binarundak yang dibakar bisa masak secara merata.
Menurut Lurah Motoboi Besar Zulvan Pombaile, pada pelaksanaan bakar Binarundak tahun ini, ada 50 titik pembakaran yang tersebar. Dari 50 titik lokasi pembakaran, jumlah beras ketan yang dijadikan Binarundak berjumlah 2050 kilogram.
“Ada Empat kanopi siap menyambut kedatangan masyarakat Kotamobagu dan sekitarnya” ucap Zulvan Senin (18/6/2018).
Menurutnya tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika biasanya pelaksanaan lebaran Binarundak dipusatkan di Tugu Binarundak, namun kali ini dibagi di Empat lingkungan. Jadi tiap lingkungan menyediakan kanopi yang akan digunakan warga untuk berlebaran, jelasnya.
Menurut warga, Binarundak bukanlah tradisi turun temurun sejak dulu kala. Bakar Binarundak cuma merupakan salah satu acara usai lebaran. Namun ini sudah berlangsung beberapa tahun terakhir. Sehingga bagi warga setempat, bakar Binarundak sudah tidak bisa dihilangkan karena memang sudah menjadi kebiasaan.
Sepanjang proses pembuatan Binarundak, asap tebal menyelimuti sejumlah titik lokasi. Antusias warga tetangga untuk datang bersilahturahmi makin banyak sekalian mencicipi hidangan Binarundak yang disiapkan warga setempat.
Di tahun 2009, pemerintah Kota Kotamobagu tertarik dengan kegiatan yang tidak pernah ada sebelumnya di Bolaang Mongondow itu. Dan melalui dinas Pariwisata setempat, pelaksanaan lebaran Binarundak itu ditunjang dengan biaya sekaligus pencanangan lebaran Binarundak oleh Walikota Kotamobagu Djelantik Mokodompit sekaligus pembangunan tugu Binarundak pada waktu itu.
Kini, tugu setinggi 18 meter, dengan besar lingkaran bangunan 70 centimeter, dan diameter alas seluas 1 1/2 meter telah berdiri tegak di pertigaaan Kelurahan Motoboi Besar hingga sekarang.
Binarundak atau Lemang merupakan salah satu makanan khas di Sulut berbahan dasar beras ketan dan santan yang sudah di campur rempah-rempah. Tradisi bakar Binarundak juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga lainnya.
Selain menjadi tradisi, hal ini juga sebagai perekat silahturahmi apalagi dalam suasana lebaran.
Penulis: Hasdy