TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Kotamobagu memperkirakan pelaku Usaha kecil menengah (UKM) meraih kenaikan omset rata-rata 200 persen. Bahkan, UKM tertentu ada yang meraih omset sampai 300 persen.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kotamobagu Herman Arai. Dia menilai kenaikan omset itu karena tingginya permintaan.
“Memang kenaikkan omset UKM jelang lebaran bervariasi. Namun rata-rata mengalami kenaikkan signifikan dari hari biasa,” ungkap Herman.
Herman menyatakan, sektor perdagangan dan jasa masih memegang andil bagi peningkatan omset tersebut. Hal ini disebabkan konsumsi yang meningkat tajam pada momen Lebaran. Contohnya UKM yang sudah mengalami kenaikan omset pada H-7 Lebaran.
“Omset UKM untuk cemilan misalnya melonjak hingga 100 persen itu sejak H-7,” ujarnya.
Camilan favorit yang selalu menjadi langganan jelang Hari Raya Idul Fitri adalah kue kering dan kacang Shanghai milik Widiawati Ololah yang ada di Kelurahan Motoboi Kecil Kecamaan Kotamobau Selatan.
Setiap tahunnya hasil produksi kacang Shangai Mama Jihan ini laris manis dan meraup omset hingga tiga kali lipat.
Kenaikan omset dua hingga tiga kali liat ini, karena tingginya permintaan.
Dia mengaku saat ini pesanan sudah mencapai 200 kilo dari sebelumnya hanya 50 kilo saja.
Menurut Widiawati, untuk produksi 200 kilo kacang Shanghai, hasilnya berjumlah 400 bungkus yang dikemas Setengah kilo.
“Untuk 200 kilo ini semuanya telah dipesan. Mulai dari Manado, Bitung dan Gorontalo dan juga di wilayah Bolaang Mongondow Raya,” ujarnya.
Produksi kacang Shanghai digeluti sejak turun temurun. Dia mengku usaha ini dirintis sejak masih SMP bersama Ibunya.
Widiawati sudah menggeluti usaha ini sudah 10 tahun. Kacang Shanghai ini dijual dengan harga Rp 30.000 per kemasan setengah kilogram (kg).
Meski ada kenaikan bahan pokok, namun menurutnya tidak berpengaruh soal harga jual.
“Biasanya yang memesan banyak karena akan dijual ulang,” katanya.
Penjual cemilan lainnya yang juga kebanjiran pesanan adalah Herlina Damopolii. Pengelola Kacang Goyang Kabela ini berada juga di Kelurahan Motoboi Kecil.
Produk Kacang Goyang Kabela memang saat ini menjadi produk khas Kota Kotamonagu.
Herlina mengatakan, produksi kacang Goyang miliknya selain dipasarkan Manado dan Gorontalo, juga banyak permintaan mulai Jakarta, sebagian pulau Jawa hingga Ternate.
“Kalau produksi kacang Goyang sering dipesan hingga Jakarta,” ucapnya saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Motoboi Kecil Jalan 19 Desember Nomor 23.
Herlina mengaku baru saja memproduksi kacang goyang sebanyak 50 kilogram. Untuk jumlah produksi itu khusus untuk dipasarkan di Kota Kotamobagu dan Manado.
Biasanya kata Herlina, produksi mereka atas permintaan Multi Mart Manado dan Karsa Utama Gorontalo.
“Kalau untuk lokal Kota Kotamobagu, itu biasanya masuk di Abdi Karya, Paris dan Dragon. Itu hanya eceran ukuran gram saja. Tapi kalau menjadi oleh-oleh biasanya pembeli lebih membeli ukuran setenga kilo hingga satu kilo gram,” jelasnya.
Dia menambahkan produksi kacang goyang biasanya dalam satu pekan bisa dua kali dengan dibantu Delapan orang karyawan.
Untuk ukuran setengah kilogram biasanya dijual Rp 26 ribu dan 1 kilogram dijual Rp 52 ribu.
Kacang Goyang Kabela saat ini telah mendapat sertifikat dari BPOM, label halal dari MUI serta sertifikat dari dinas kesehatan.
Penulis: Hasdy