TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU — Kelangkaan gas elpiji ukuran Tiga kilogram jelang Ramadhan di Kota Kotamobagu mendapat perhatian dari pemerintah kota dan aparat Kepolisian.
Sejak sepekan terakhir, warga mengaku kesulitan mendapatkan gas jenis melon ini. Sejumlah agen, serta sejumlah tempat penjual gas di Kota Kotamobagu terjadi kekosongan.
Kendati tersedia harganya pun sudah mencapai 35 ribu pertabung. Dugaan terjadi kelangkaan gas melon karena diduga banyak warga dari luar Kota Kotamobagu yang membeli.
Walikota Kotamobagu Muhammad Rudi Mokoginta turun langsung mengecek langsung di Stasiun Pengisian Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang ada di Kelurahan Mongkonai Kecamatan Kotamobagu Barat Rabu (15/5/2018).
Menurut Rudi, pengecekan ini buntut dari kelangkaan yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. Apa terlebih daya beli masyarakat sangat tinggi saat jelang bulan Ramadhan.
“Kita mengecek lansung. Sebab ini sudah menjadi keresahan di tengah masyarakat,” ujar Rudi saat sidak di SPPBE Mongkonai.
Menghadapi bulan Ramadhan hingga Idul fitri ke depan, Rudi akan menyurat ke pihak Pertamina untuk meminta tambah kuota elpiji.
Kepala Operasional SPPBE Mongkonai Andi Rizal mengaku, pendistribusian gas elpiji sesuai dengan intruksi pertamina. Menurutnya jika ada intruksi penambahan kuota, SPPBE akan siap untuk menambah kuota yang ada. Selain itu dia mengatakan, untuk dua agen yang ada di Kotamobagu yakni PT Mangimbali dan PT Gemilang.
Kepala Bagian ekonomi Pemkota Kotamobagu Alfian Hasan menjelaskan, untuk kuota elpiji di Kotamobagu perhari berjumlah 7.200 tabung.
Namun sangat disayangkan menjelang bulan Ramadhan, masih terjadi kekosongan di agen dan di pangkalan. Dia menduga kelangkaan ini terjadi karena banyaknya pembeli yang berasal dari luar daerah.
Untuk mengantisipasi kelangkaan pihaknya akan menambah 20% lagi atau 8.640 tabung.
Kasat Intel Polres Bolmong AKP Sismoro Haroni mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan penyelidikan terhadap isu dugaan penyelundupan gas melon ke luar Kota Kotamobagu.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait, terutama Pertamina dan pemerintah kota.
“Sementara kita investigasi di lapangan,” katanya.
Pihaknya mendalami regulasi yang ada. Dari segi pendistribusian hingga kuota yang diberikan kepada setiap agen ataupun warga. Sebab, isu yang beredar di masyarakat, warga kerap membeli gas di atas harga yang telah ditentukan. Kemudian membawanya ke luar daerah.
Namun, polisi mengutamakan asas praduga tak bersalah, sembari melakukan investigasi untuk membuktikan semua.
“Ini menjadi objek kita. Sampai saat ini masih dalam proses pendalaman. Ini ‘kan masih asas praduga tak bersalah. Kalau dugaan bisa saja, tapi hasil penyelidikan yang membuktikan semua,” jelasnya.
Penulis: Hasdy