TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU — Walau tak segemerlap kota lain, tak dinyana Kotamobagu adalah Bandar kopi. Kopi bubuk kemasan cap “Keluarga” bisa salah satu buktinya. Kopi buatan lokal ini sudah tersohor di Sulawesi Utara, mejeng dari warung kecil hingga hypermarket modern.
Tradisi minum kopi sudah berlangsung lama sejak tanaman yang berasal dari Etiophia itu ditanam di tanah Totabuan. Tradisi minum kopi itu menurut Badaria yang akrab disapa Mama Sandri itu terus berlangsung hingga saat ini.
“Desa Bilalang ini dari dulu memang penghasil kopi. Kalau gak minum kopi, mungkin bukan orang Bilalang,” ujarnya.
Saban bulan, Badaria menghasilkan 200 kg biji kopi organik yang dibeli dari petani di Bilalang. Kopi robusta Kotamobagu yang berbuah di tanah Bilalang ini sudah diuji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dengan skor uji citarasa 80,45.
Penanaman dan pengolahan kopi secara organik dan manual ini menjadi andalan utama produsen kopi di Bilalang. Sejak digeluti setahun silam, produk kopi organik Bilalang dengan jenama Dinodok sudah didistribusikan ke pasar swalayan lokal di Kotamobagu.
Walikota Kotamobagu, Tatong Bara mengatakan kopi Kotamobagu kini banyak diincar peminat kopi dari mancanegara. Produksi yang terbatas menyebabkan pengusaha kopi di kota seluas 68 km2 itu kewalahan.
“Kita harus buka lahan untuk memenuhi animo dari luar daerah dan luar negeri. China, Ukraina, dan Belanda sudah datang ke sini dan mereka minta dalam jumlah besar,” jelasnya.
Luas kebun kopi di Kotamobagu memang terbilang sempit, hanya 192 hektare. Jumlah tersebut hanya 2,41% dari total perkiraan luas kebun kopi Sulawesi Utara seluas 7.939 hektare. Adapun, luas kebun kopi Sulut itu hanya 10,66% dari luas kebun kopi di Sulawesi Selatan.
Boleh dibilang, Kotamobagu sedikit tertinggal dibandingkan dengan daerah lain seperti Toraja. Selain kalah popular, kopi khas Kotamobagu juga belum memiliki Indikasi Geografis. Kendati demikian, kalangan pecinta kopi justru penasaran dengan kopi Kotamobagu.
Guna menggenjot produksi kopi, secara bertahap Pemkot Kotamobagu tengah mengupayakan perluasan lahan dan peningkatan kompetensi petani agar sektor perkebunan kopi bisa lebih berdaya.
Lewat bantuan berbagai pihak, Pemkot Kotamobagu bakal membagikan 170.000 ribu bibit kopi yang bakal ditanam di area seluas 300 hektare. Sebagian dari jumlah bibit yang disiapkan sudah ditanam sedangkan sisanya masih dalam tahap persiapan lahan.
Untuk mendukung perluasan lahan, Pemkot Kotamobagu bakal merogoh anggaran Rp36 miliar untuk jalan akses.
“Kami juga ingin kembangkan menjadi agrowisata karena alamnya juga cocok,” ujar Tatong.(**)