TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU– Kasus mati mendadaknya 200-an ekor ayam dan itik di sejumlah desa dan kelurahan di Kotamobagu, pemerintah kota (pemkot) melalui Dinas Pertanian Peternakan Perikanan Perkebunan Kehutanan dan Ketahanan Pangan (DP4KKP), langsung memperketat pengawasan terhadap distribusi unggas. Termasuk menyisir semua lokasi peternakan unggas, guna memutus mata rantai penyebaran virus flu burung.
Petugas dari DP4KKP terlihat door to door ke beberapa lokasi peternakan ayam dan itik milik warga Kotamobagu. Mereka memantau dari dekat, untuk melihat apakah ada di antara unggas-unggas itu yang kondisinya mencurigakan.
“Bila ada yang menunjukkan tanda-tanda sakit, langsung diambil dan dijauhkan dari lokasi peternakan. Begitu juga di sejumlah pasar tradisional,” kata Kepala DP4KKP Kotamobagu, Hardi Mokodompit.
Petugas dati DP4KKP, juga mendatangi tempat penjualan ayam dan itik. Seperti di Pasar 23 Maret, Pasar Poyowa Kecil, serta Pasar Serasi.
Sebelumnya, 200 ekor unggas jenis ayam dan itik milik sejumlah warga Kotamobagu, mati mendadak. Lokasinya pun tersebar di sejumlah desa dan kelurahan yang ada di empat kecamatan. Mulai dari Desa Kopandakan Satu Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kelurahan Mongkonai dan Mogolaing di Kotamobagu Barat), Kelurahan Matali (Kotamobagu Timur), serta di Desa Pontodon Kecamatan Kotamobagu Utara.
Meski belum dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB), namun pihak DP4KKP Kotamobagu langsung menghubungi Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulut serta Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, Sulawesi Selatan. Langkah cepat pun diambil oleh tiga instansi tersebut.
Hasil pemeriksaan cepat (rapid test) terhadap sejumlah unggas yang dijadikan sampel, hewan-hewan itu positif flu burung tipe A. “Hasil test cepat yang dilakukan menunjukkan kasus yang terjadi pada ayam di Kotamobagu yakni avian influenza tipe A,” katanya di sela-sela pengambilan sampel unggas mati di Kelurahan Mongkonai pekan lalu.
Muflihanah menambahkan, jika flu burung ada tingkatan tipenya. Namun untuk sub tipe yang ada di Kotamobagu belum diketahui pasti, karena masih akan diuji di laboratorium. Untuk tipe flu burung terdiri dari H5N1 dan H5N4. Namun yang ada di Kotamobagu belum diketahui pasti dari sub tipe apa, karena masih harus lewat uji laboratorium.
Karena itu, ia mengimbau, agar warga Kotamobagu mengambil langkah waspada. Caranya, menghindari bahan yang telah terkontaminasi kotoran. Selain itu tindakan pencegahan hindari kontak dengan bahan yang berasal dari kotoran. Selain itu untuk mencegah terjadinya penularan virus flu burung (avian influenza), maka harus dilakukan penimbunan, penanaman atau pembakaran kotoran unggas (tinja) serta bahan-bahan yang berasal dari saluran pencernaan unggas. Selain itu kandang harus dibersihkan atau dicuci menggunakan desinfektan. (Mg2)