TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Penjabat Bupati Bolaang Mongondow Adrianus Nixon Watung mengatakan, seorang pendidik yang sukses adalah yang memiliki tujuan serta mampu memberikan kerja 100 persen dan menahan diri untuk tidak mengharapkan feedback secara langsung. Selain itu, kata watung seorang guru juga harus mengetahui kapan waktunya mendengarkan siswa, kapan waktunya memberikan nasehat kepada mereka, dan mampu memberikan pujian.
Hal itu disampaikan Watung, saat memberikan sambutan di acara Halal Bi Halal yang dilaksanakan Dinas Pendikan di Lolak Selasa (2/8/2016).
Ia menghimbau jajaran PNS yang ada di lingkungan dinas Pendidikan untuk selalu menjadi teladan dan panutan masyarakat, serta terus mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan, kesatuan, keamanan, kedamaian dan kebersamaan.
Dikatakannya hal yang tidak kalah penting, seorang guru harus memiliki keberanian untuk mengambil risiko. Ini merupakan pembelajaran langsung para siswa untuk melihat gurunya mencoba hal-hal baru dan bagaimana mengatasi risiko kegagalan.
“Seorang pendidik tidak hanya harus mengandalkan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga sikap perilakunya harus menjadi panutan.,” katanya.
Terpisah Kadis Pendidikan Olii Mokodongan mengatakan, halal bi halal ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan dinas pendidikan setiap tahunnya. “Bukan hanya Muslim, tapi ini juga berlaku secara rutin bagi mereka agama Kristiani dengan agenda Natal, Nyepi bagi mereka beragama Hindu,” kata Olii.
Ia juga menyampaikan kegiatan keagamaan seperti ini menjadi simbol perekat persatuan dan kesatuan ditengah keanekaragaman budaya di Bolmong.
Acara tersebut turut dihadiri Ketua DPRD Bolmong Welty Komaling, Sekretaris Daerah Ashari Sugeha, para pimpinan SKPD serta para guru se Bolmong.
Kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Daagon kompleks Dinas Pendidikan menghadirkan penceramah Ustadz Yusuf Dani Pontoh Ketua Majelis Ulama Indoensia (MUI) Kota Kotamobagu.
Halal Bi Halan itu mengambil tema “Memahami Makna Silahturahmi Untuk Meningkatkan Hubungan Sesama Manusia Dengan Menghargai Perbedaan Untuk Sebuah Kebersamaan” berlangsung dengan nuansa Islami. (Herdy)