TOTABUAN.CO – Perekonomian yang tengah lesu menuntut perusahaan nasional mengubah sejumlah strategi pemasaran dan melakukan efisiensi untuk mendongkrak penjualan. Hal yang sama juga dilakukan oleh GarudaFood Group sehingga perusahaan makanan dan minuman ini tetap mampu mempertahankan pangsa pasar produknya.
Chairman GarudaFood Group, Sudhamek AWS usai menghadiri diskusi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengungkapkan, perubahan strategi pemasaran dan efisiensi dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan tidak perlu menaikkan harga jual untuk mempertahankan pangsa pasar.
“Dalam situasi sekarang ini, menaikkan harga bukan keputusan yang bijaksana. Harga jual produk tetap dipertahankan tahun ini,” tegas Anggota KEIN itu saat ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/4/2016).
Ada dua strategi yang diusung untuk menolong perusahaan sehingga tak ada rencana kenaikan harga jual pada seluruh produk GarudaFood. Strategi tersebut, antara lain melakukan inovasi biaya dan memperbaiki penjualan atau pendapatan.
“Pertama, kita lakukan cost innovation. Kedua, memperbaiki revenue, menaikkan harga jual rata-rata (average selling price) dengan cara produk mix diperbaiki,” ujarnya.
Artinya, diakui Sudhamek, perusahaan meluncurkan produk baru yang diberi nama produk premium terjangkau (affordable premium) dengan penetapan harga jual tinggi. “Dengan begitu, secara keseluruhan average selling price terdongkrak tapi tidak berarti ada kenaikan harga. Jadi kenaikan harga secara riil tidak ada,” jelasnya.
Lebih jauh diakui Sudhamek, saat ini biaya operasional paling besar terserap ke bahan baku dan bahan kemasan. Perusahaan mengatakan sudah berupaya melakukan efisiensi.
Sayangnya, biaya logistik alias rantai pasok (supply chain) di Indonesia masih sangat tinggi sebesar 18 persen dibanding Singapura dan Amerika Serikat yang berkisar 9-10 persen.
Sudhamek mengapresiasi langkah pemerintah yang jor-joran membangun infrastruktur, merampungkan proyek-proyek mangkrak, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan infrastruktur lainnya.
Diterangkannya, proyek infrastruktur tersebut dapat mengurangi waktu pengiriman atau distribusi barang di Kalimantan misalnya, dari 2 minggu menjadi seminggu saja.
“Memang belum ada penurunan cost secara nyata. Tapi kecepatan waktu itu, ujung-ujungnya bakal terjadi efisiensi. Jadi pembangunan infrastruktur habis-habisan di 2 tahun pertama oleh pemerintah sekarang ini sudah tepat,” kata Sudhamek.
sumber:liputan6.com