TOTABUAN.CO – Di setiap kantor pemerintah seperti kementerian atau kantor lembaga setingkat kementerian pasti ada ruang khusus untuk wartawan atau pressroom. Ruang wartawan ini penting untuk para wartawan berkumpul entah untuk membuat berita maupun tempat menunggu sebelum para wartawan bertemu menteri atau pejabat yang ada di kantor yang bersangkutan.
Namun, berbeda dengan yang ada Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Sejak awal tahun 2016, ruang wartawan di lantai I, Gedung A yang sejak dulu disediakan untuk wartawan, dihapus oleh Menteri Ketenagakerjaan, Muhammad Hanif Dhakiri.
Padahal ketika Erman Suparno menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ruang wartawan itu dipercantik seperti meja dan kursi diganti serta dicat baru. Namun, ketika Hanif Dhakiri datang, ruang wartawan itu diubah fungsi. Ruang itu kini disulap menjadi ruang TV Kemnaker. “Menteri lebih suka tampil di TV dibanding di media lain.
Oleh karena itu, beliau membuat studio TV Kemnaker. Nanti, staf beliau sendiri yang wawancara atau mengemas kemudian kasetnya dijual ke TV swasta dalam bentuk advertorial gitu,” kata Kepala Biro Umum, Sumarno, kepada SP, baru-baru ini. Ruang wartawan yang diubah menjadi ruang TV Kemnaker ini seluas sekitar 4 x 6, ditambah ruang komputer sekitar 2 x 3 meter.
Akibat tidak adanya ruang wartawan, para wartawan yang meliput di Kemnaker, berjejal di lobi lantai I Gedung A. Selain itu, sebagiannya duduk di teras depan gedung Kemnaker. “Aneh memang kebijakan Hanif Dhakiri hapus ruang wartawan. Menteri-menteri lain perbagus ruang wartawan, dia malah menghapus. Itu semua hanya untuk memperkerjakan orang- orang khususnya ya ?” ujar wartawan TVRI, Bambang.
Yang bekerja di TV Kemnaker sekarang adalah delapan orang tenaga honorer yang dibawa staf khusus Kemnaker, Muhamad Hayid. “Masing-masing tenaga honorer ini digaji memakai anggaran Humas Kemnaker dimana per orang Rp 3.100.000 per orang per bulan, sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI,” kata Sumarno.
Selain uang Humas dipakai untuk menggaji para staf khusus ini, juga ruang rapat Humas disulap untuk delapan orang itu bekerja. “Padahal di Humas ini banyak orang kalau diperdayakan. Kenapa harus kontrak orang luar ? Selain itu, ruang rapat kami dipakai lagi buat mereka bekerja. Jangan-jangan Menaker, Hanif Dhakiri tidak tahu dengan ketidakberesan ini ?” kata seorang PNS di Kemnaker yang kesal dengan keberadaan staf dari staf khusus menteri ini.
Para wartawan yang bertugas meliput di Kemnaker memang sangat merindukan ketersediaan ruang wartawan di Kementerian tersebut. “Dulu ketika awal-awal bertugas di sini, Hanif Dhakiri berjanji sekali seminggu membuat konferensi pers dengan wartawan di pressroom. Kenapa malah pressroom dihapus ?” kata Nasuha, wartawan Indopos.
Selain ruang wartawan ditiadakan, ruang lobi di lantai I Gedung A juga disekat antara jalan menteri ke ruangannya dengan lobi tamu. Dengan disekat, Menteri keluar dari mobilnya langsung menuju tangga ke ruangannya tanpa diketahui tamu yang berada di lobi. “Menteri gerah dengan keberadaan sejumlah wartawan abal-abal yang selalu nongkrong di lobi. Mereka selalu mengganggu menteri ketika mau keluar atau masuk ke ruangannnya,” kata Sumarno.
Dengan disekat seperti itu, kata Sumarno, menteri jauh dari pantauan orang-orang yang berada di lobi, terutama wartawan dan LSM abal-abal.
sumber:beritasatu.com