TOTABUAN.CO – Sejumlah bankir dari bank yang beroperasi di Indonesia menyatakan pergerakan kenaikan kredit masih cukup baik sepanjang kuartal I-2016. Guna menjaga kestabilan kondisi pertumbuhan kredit ke depan dan sebagai tindak lanjut dari penurunan suku bunga dana, mereka tengah bersiap memangkas lending rate dari berbagai segmen kredit.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, kenaikan kredit perseroan berada di kisaran 7-10 persen secara year on year (yoy) hingga Maret 2016. Dari segi segmen bisnis, tutur dia, pertumbuhan kredit korporasi untuk proyek skala besar Bank Mandiri cukup meningkat tajam. Di samping itu, segmen business banking khusus perusahaan lokal kelas menengah maupun mikro juga turut menopang pertumbuhan kredit bank pelat merah ini.
“Kendati, kami akui kalau pertumbuhan kredit segmen middle commercial dan konsumer sedikit di bawah selama tiga bulan ini. Salah satu faktor yang membuat konsumer melambat, yakni terkait karena ketentuan LTV (loan to value),” ujar Tiko, Kamis (31/3).
Adapun, dalam waktu dekat Bank Mandiri akan memangkas suku bunga kredit dengan kisaran 25-50 basis poin (Bps). Mengenai hal tersebut Tiko memaparkan, besaran penurunan untuk setiap segmen akan beragam sesuai dengan keadaan premi risiko dan biaya yang harus ditanggung perseroan. “Saya rasa segmen besar dan menengah bisa mengarah ke single digit, karena perseroan melayani di perkotaan. Berbeda dengan segmen mikro yang membutuhkan cost lebih tinggi untuk ke daerah, sehingga kami masih membutuhkan subsidi,” jelas dia.
Lalu, secara terpisah Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja pun mengungkapkan, perseroan akan memberlakukan penurunan lending rate sebesar 0,25 persen di semua segmen kredit mulai 1 April mendatang. “Saat ini, suku bunga deposito kami yang tertinggi berada di 5,25 persen. Jadi nanti ada penurunan suku bunga kredit 0,25 persen, kecuali di segmen KKB dan KPR, yang memang sudah lebih dahulu di level single digit sebelumnya,” papar dia.
Kemudian, lebih lanjut Jahja mengungkapkan, pertumbuhan kredit BCA masih di level negatif jika dibandingkan Desember 2015. Pasalnya itu, walaupun penandatangan pinjaman baru terus bertambah, tapi investasi yang dilakukan pengusaha belum terlihat. “Sampai sekarang, permintaan kredit banyak di jenis modal kerja. Namun, outstanding penarikan dan penggunaan masih rendah,” ungkap dia.
Sementara, Chief Country Officer (CCO) Deutsche Bank Indonesia Kurnady Lie menyatakan, kenaikan kredit di bank yang ia pimpin masih dalam kondisi yang baik hingga Maret 2016. Segmen yang menjadi penggerak utama pertumbuhan Deutsche Bank berasal dari pinjaman untuk consumer goods. “Saat ini, penggerak ekonomi Indonesia kan merupakan domestic consumption sekitar 65 persen. Kemudian itu, dari segi sektor factoring resources dan batu bara tengah menurun,” ujar dia.
Sejalan dengan keinginan pemerintah agar bank dapat menurunkan lending rate di level single digit, Kurnady menegaskan, Deutsche Bank Indonesia akan berupaya melakukan penyesuaian. “Kami akan menuju ke sana, karena sudah ada juga imbauan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar suku bunga perbankan diturunkan. Kendati, selama ini NIM (net interest margin) Deutsche Bank juga hanya kisaran 3-4 persen,” papar dia.
Senada, Chief Executive Officer (CEO) Citibank Indonesia Batara Sianturi juga menyatakan, Citi Indonesia akan mulai bersiap merealisasikan imbauan yang sudah ada mengenai suku bunga dana dan kredit. Namun, ia menekankan, penyesuaian tersebut akan dijalani secara bertahap. “Hingga jelang akhir kuartal I-2016, kenaikan kredit kami masih cukup baik. Driver di bisnis consumer banking itu dari kartu kredit. Sedangkan, kalau segmen penggerak di corporate banking kami, antara lain korporasi lokal, multinasional, institusi keuangan, maupun sektor publik,” tutur dia.
sumber:beritasatu.com