TOTABUAN.CO – Warga sejumlah negara empat musim belahan utara Bumi mendapatkan ‘tamu’ tahunan yang datang lebih awal.
Kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran dan Matahari pun bersinar cerah. Ternyata, ekuinoks semi (spring equinox) tahun ini memang terjadi lebih awal dalam 120 tahun terakhir.
Para pakar berpendapat bahwa hal tersebut terutama terkait dengan aturan-aturan tahun kabisat.
Kata equinox berasal dari bahasa Latin, yaitu aequus yang berarti ‘setara’ dan nox yang berarti ‘malam’. Pada hari tersebut, panjangnya masa siang hari setara dengan panjangnya masa gelap malam.
Karena kemiringan sudut sumbu planet Bumi, kita mengalami 2 kali ekuinoks, yaitu saat musim semi dan musim gugur.
Biasanya, ekuinoks musim semi (spring equinox) jatuh pada tanggal 20 atau 21 Maret. Tapi, pada tahun ini, ekuinoks itu terjadi pada tanggal 20 subuh, sekitar jam 12.30 pagi waktu Pantai Timur AS. Dengan demikian, ini adalah ekuinoks musim semi paling dini sejak tahun 1896.
Mengacu kepada laman EarthSky, hal ini terkait dengan aturan oleh Paus Gregorius XIII yang menciptakan kalender Gregorian pada 1582. Sebenarnya Bumi mengitari matahari selama 365,242 hari dalam setahun. Kalender Gregorian memperhitungkan pecahan hari itu setiap 4 tahun dan dibulatkan menjadi 1 hari. Pada tahun pembulatan itu — dikenal sebagai tahun kabisat — kalender Gregorian memiliki 366 hari.
Namun demikian, seperempat (0,25) hari sebenarnya masih lebih panjang daripada 0,242 hari.
Dengan demikian, Paus Gregorius XIII menetapkan bahwa tahun-tahun yang berakhir dengan angka “00” tidak dijadikan tahun kabisat kecuali kalau angka tahunnya bisa dibagi dengan angka 400, demikian lanjut EarthSky.
Dengan syarat tambahan ini, tahun 2000 adalah tahun kabisat, tapi tahun 1700, 1800, 1900, dan 2100 bukanlah tahun kabisat karena angka tahunnya tidak bisa bulat dibagi dengan 400.
Akibatnya, tahun kabisat 2000 menyebabkan ekuinoks pada bulan Maret maju 3/4 hari dibandingkan dengan tahun 1900. Sejak tahun 2000, ekuinoks musim semi setiap tahun kabisat terjadi lebih awal daripada tahun kabisat sebelumnya.
Sebagai contoh, ekuinoks musim semi terjadi pada 2.25 pagi waktu Pantai Timur AS pada 2000, pukul 1.48 pagi pada 2008, dan 1.15 pagi pada 2012, demikian menurut catatan TimeAndDate.com. Semua terjadi pada tanggal 20 Maret.
Kecenderungan ini akan berlanjut di setiap tahun kabisat hingga akhir abad ini. Titik balik musim semi akan terjadi di 11.50 malam pada 19 Maret 2020. Empat tahun sesudah itu, malah lebih dini lagi, yaitu di 11.06 malam pada 19 Maret 2024.
Menurut EarthSky, tahun 2096 akan mengalami ekuinoks musim semi paling dini di abad ini, yakni di jam 10.03 malam waktu Pantai Timur pada 19 Maret.
Tapi jangan terburu-buru bergembira. Walaupun ekuinoks musim semi merupakan awal resmi musim semi, kenyataan cuaca berbeda di masing-masing lokasi. Lagipula, musim semi yang dimaksud hanyalah untuk belahan utara Bumi.
“Ekuinoks musim semi memang menyenangkan bagi kita di belahan utara Bumi, tapi itu juga adalah mulainya musim dingin di belahan selatan Bumi,” kata Paul Cox, seorang ahli astronomi organisasi Slooh
Bersama dengan The Old Farmer’s Almanac, para ahli astronomi organisasi penghubung masyarakat dan astronomi Slooh itu bahkan merayakan ekuinoks musim semi dengan tayangan langsung penampakan matahari dari Prescott Observatory di Arizona pada akhir pekan ini.
Mereka juga akan menampilkan sejumlah gambar aurora borealis sebagaimana dilihat dari lintang utara dan membahas pentingnya ekuinoks musim semi dalam budaya masa lalu dan masa kini.
Sumber:liputan6.com