TOTABUAN.CO-Pemerintah Inggris menilai target peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EODB) Indonesia yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat ambisius.
“Pak Pramono (Sekretariat Kabinet Pramono Anung) mengatakan targetnya peringkat EODB 40. Itu sangat bagus dan sangat-sangat ambisius,” tutur Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik saat menghadiri Forum Diskusi Investasi ‘Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah’ di Jakarta, Kamis (17/3).
EODB merupakan indeks yang dibuat Bank Dunia dalam rangka menilai kemudahan berusaha dari suatu negara. Tahun lalu, Indonesia menduduki peringkat 109 dari 189 negara yang disurvei. Kendati peringkat Indonesia naik 11 peringkat dari tahun sebelumnya, Indonesia masih jauh dibandingkan kompetitor di kawasan Asean seperti Singapura yang menduduki peringkat pertama dan Malaysia yang berada di peringkat 18.
Malik menilai, upaya untuk meningkatkan peringkat EODB harus dilakukan dengan kerja keras dan koordinasi lintas kementerian, tidak hanya BKPM.
Selain itu, Indonesia juga harus memiliki perencanaan (action plan) dan komitmen seluruh pihak. Hal itu dilakukan pemerintah Inggris yang pada survei EODB tahun lalu menduduki peringkat 6 naik dari peringkat tahun sebelumnya, 8.
Regulasi di Inggris
Inggris, lanjut Malik, memiliki pengalaman melakukan penyederhanaan 3 ribu peraturan dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu dilakukan oleh kantor khusus yang bertugas membuat sederhana suatu regulasi dan mengkoordinir kementerian dan pihak terkait. Setiap regulasi harus dikonsultasikan dengan kementerian dan pihak yang berkepentingan seperti pelaku usaha, konsumen, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat.
“Saya dengar Indonesia juga memiliki persyaratan hukum yang sama tapi tidak diimplementasikan secara konsisten,” ujarnya.
Lebih lanjut, Malik menyampaikan komitmen pemerintah Inggris untuk membantu Indonesia dalam mencapai target EODB. Bagi Inggris, Indonesia merupakan mitra penting. Apalagi, menurut Malik, Indonesia bersama dengan India dan China akan memiliki peran penting dalam menentukan masa depan perekonomian dunia.
“Lanjutkan deregulasi dan fokus strategi kebijakan yang dilakukan, kami mendukung dan siap bekerjasama untuk membagi pengalaman kami,” ujarnya.
sumber:cnnindonesia.com