TOTABUAN.CO – Ekonom Universitas Indonesia (UI) mencurigai ada modus mafia baru dalam bisnis bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Kecurigaan tersebut dipicu oleh tingginya selisih harga BBM Indonesia dengan Malaysia sampai Amerika, yang tidak jelas digunakan untuk apa.
Faisal mencatat, harga rata-rata BBM jenis regular gasoline di Amerika yang setara RON 92 adalah US$1,81 per galon atau setara Rp6.261 per liter per 7 Maret 2016. Sementara harga per liter Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) pada tanggal yang sama adalah Rp7.950 per liter.
“Artinya harga RON 92 di Indonesia lebih mahal sebesar Rp1.689 per liter dibandingkan di Amerika,” kata Faisal dalam riset, dikutip Kamis (10/3).
Selisih harga tersebut semakin besar, jika BBM tersebut tidak dikenakan pajak. Menurut Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) ini, national average excise taxes per gallon untuk BBM di Amerika adalah 0,4928.
“Jadi, harga RON 92 di Amerika tidak termasuk pajak adalah Rp4.556 per liter. Sedangkan harga Pertamax tanpa pajak di Indonesia adalah Rp 6.913. Jadi perbedaannya Rp2.357 per liter lebih mahal di Indonesia jika tanpa dikenakan pajak,” jelasnya.
Faisal mengaku mendapat masukan, bahwa membandingkan harga jual BBM di Indonesia dengan Amerika merupakan suatu hal yang sangat berbeda. Sebab kilang pengolahan BBM di Amerika disebut sangat efisien. Oleh karena itu, ia kemudian membandingkan harga BBM Indonesia dengan Malaysia.
Kali ini, yang diperbandingkan adalah harga BBM dengan kadar RON 95 karena Malaysia sudah tidak lagi menjual BBM dengan kadar RON 92. Di Indonesia, Pertamina melabeli BBM RON 95 dengan nama Pertamax Plus. Ia mencatat di Malaysia harga RON 95 pada 7 Maret 2016 adalah 1,6 ringgit atau Rp5.131 per liter.
“Karena di Malaysia RON 95 tidak dikenakan pajak, maka untuk memperoleh perbandingan setara, pajak BBM 15 persen di Indonesia kita keluarkan. Sehingga harga Pertamax Plus tanpa pajak adalah Rp7.696 per liter. Ini lebih mahal Rp2.565 per liter dibandingkan di Malaysia,” tegasnya.
Dari dua hasil perbandingan tersebut, Faisal mendesak pemerintah untuk membenahi formula dan mekanisme penentuan harga segala jenis BBM dan mengumumkannya ke publik secara terbuka.
“Rakyat mungkin tidak menuntut harga BBM untuk terus diturunkan. Tapi tolong selisih yang besar itu dijelaskan larinya ke mana. Apakah mafia kembali berkeliaran?” tanya Faisal.
sumber:cnnindonesia.com