TOTABUAN.CO BOLMONG – Umat Hindu Dharma Bolmong khusyuk melaksanakan Hari Raya Nyepi sekalian tahun baru Saka 1938. Setelah menggelar upacara Melasti (penyucian diri), dilanjutkan dengan Taur Kesange, Hari Raya Nyepi dan Ngembak Nyepi atau silaturahmi.
Menurut Ketua Parisade Mopuya I Wayan Puji , rangkaian upacara sebelum hingga sesudah hari raya Nyepi tersebut bertujuan untuk menggapai suatu keharmonisan hidup umat Hindu. Terdapat empat unsur puasa dalam catur brata saat Nyepi yakni Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak beraktifitas), Amati Lelungayan (tidak keluar rumah) dan Amati Lelanuan (tidak makan dan menghibur diri) selama 24 jam.
Makna utama Nyepi untuk memberikan korban suci kepada makhluk hidup sehingga penghuni alam jadi lebih harmonis.
Di sisi lain, satu hal yang patut diacungi jempol yakni toleransi dari pemeluk agama lain. Itu tercermin dari sikap warga Desa Tumokang Baru yang berbatasan langsung dengan dua desa tadi yang rela tidak melewati jalur tersebut untuk menghormati umat Hindu beribadah.
“Toleransi antar umat beragama disini sangat tinggi. Terbukti dengan sikap warga desa tetangga yang tidak melintas desa kami karena semata mata menghormati ibadah Nyepi,” kata tokoh agama Mopugad Selatan I Ketut Warti.
Diketahaui, akses jalan utama di desa-desa di Bolaang Mongondow (Bolmong) yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ditutup dalam perayaan Nyepi Rabu (9/3).
Seperti di Desa Mopugad Utara dan Selatan Kecamatan Dumoga Utara, Desa Werdhi Agung Kecamatan Dumoga Tenggara. Penutupan jalan utama bertujuan agar ibadah Nyepi bisa berlangsung khusyuk.
Desa-desa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu menutup akses jalan utama kedua desa tersebut. Hal ini bertujuan untuk khusyuknya ibadah Nyepi. Jalan-jalan yang biasa ramai dengan warga terlihat sepi tanpa ada warga yang beraktivitas di luar selain Pecalang atau petugas keamanan adat. (Mg3)