TOTABUAN.CO–Harga Minyak bergerak naik didorong data produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang menurun secara mingguan.
Harga minyak mentah untuk pengiriman April naik 0,8 persen menjadi US$ 34,66 per barel di New York Mercantile Exchange pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Penguatan harga minyak tersebut mencapai level tertinggi dalam dua bulan.
Sementara itu, harga minyak Brent menguat 12 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 36,93 per barel di London’s ICE Future Exchange.
Laporan data minyak mentah mengangkat harapan kalau penurunan produksi lebih lanjut akan membantu meringankan persediaan minyak yang sudah kelebihan pasokan.
Berdasarkan data EIA, total produksi minyak menurun 25 ribu per barel menjadi 9,07 juta barel per hari. Sementara itu, The US Energy Information Administration melaporkan persediaan minyak mentah naik 10,4 juta barel pada 26 Februari 2016. Angka itu di atas laporan American Petroleum Institute dengan kenaikan produksi mencapai 9,9 juta barel.
“Fundamental tetap sedikit, tetapi sentimen yang terjadi sekarang lebih fokus terhadap masa depan,” ujar Analis Seaport Global Securities, Richard Hastings.
Sedangkan Analis Forex.com, Fawad Razaqzada menuturkan, harga minyak sekarang bergerak berdasarkan rumor dan sentimen yang ada. “Sepertinya kasus klasik, kalau ada rumor jual, dan membeli ketika pelaku pasar bereaksi terhadap berita tertentu,” ujar dia.
Akan tetapi, harga minyak naik didukung dari sentimen harapan produsen minyak utama akan mengurang produksinya. Hal ini sebagai upaya untuk menaikkan harga minyak. Namun faktanya, hal itu juga bergantung pada partisipasi produsen minyak lainnya.
Iran telah menegaskan kalau tidak akan bergabung dan terus memompa minyak hingga mencapai 4 juta barel per hari.
Analis Tyche Capital Advisors, John Macaluso melihat kalau pasar dapat menumpuk persediaan minyak lebih besar pada tahun ini mengingat di Amerika Serikat masih musim pemeliharaan kilang. Selain itu, melemahnya permintaan minyak terutama bensin.
sumber:liputan6.com