TOTABUAN.CO BOLTIM — Kebutuhan pendidikan bagi putra-putri di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) khususnya bagi mata pelajaran muatan lokal nampaknya pada tahun 2016 ini makin menjadi fokus dari Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Boltim yang salah satunya dalam penerapan bahasa daerah Bol-Mong dalam silabus rencana program pembelajaran (RPP) di seluruh sekolah yang ada di Boltim.
Kepala Diknas Boltim, Yusri Damopolii menuturkan, adat budaya Mongondow saat ini mulai terkikis seiring perkembangan zaman.
“Ini soal pelestarian budaya. Saya perhatikan sekarang ini para siswa sudah jarang menggunakan bahasa lokal. Jika dibiarkan maka ini lama-kelamaan bahasa daerah kita bisa terkikis oleh waktu. Nantinya kita datangkan ahli bahasa, budaya menyusun silabus ,” ungkapnya Senin (22/02).
Hal itu akan digenjot bersamaan dengan sejumlah program prioritas lainnya, seperti perpustakan sekolah, laboratorian, Ruang Kelas Baru (RKB), Rumah Dinas Guru (RDG), pembangunan sekolah, di desa Bai kecamatan Nuangan dan desa Moaat kecamatan Modayag.
“Dua gedung SMA akan dibangun tahun ini yang dananya menggunakan anggaran dari APBN namun, kita masih menunggu dananya. Jika sudah ada kita bisa tentukan besaran dana untuk pembangunan sekolah dimaksud jadi, belum bisa dipastikan,”ungkapnya.
Ditambahkannya adanya peningkatan mutu pendidikan di Boltim sebab berdasarkan data, kegagalan siswa-siswi dalam mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dinilai terletak dari ketidakmampuan para siswa dalam pratik sehari-hari.
“Guru tidak memaksimalkan kegiatan pratikum pada setiap pokok bahasan kurikulum. kebanyakan hanya teori yang diberikan. Makanya, perlu pelatihan untuk guru disekolah. kita akan mengundang pembimbing atau dosen dari fakultas pendidikan guna pelatihan kepada guru agar, tidak ada kekeliruan dalam pembahasan pelajaran teori didalam kelas maupun, praktek dilapangan,”tegasnya.
Adapun soal perpustakaan, kata Yusri, minat baca siswa sangat rendah dan ini terbukti hampir disemua sekolah. RKB kita lihat mana sekolah yang kekurangan ruangan belajar (kelas,red) akan ditambah sekaligus dengan pembangunan RDG.
“Banyak buku tidak termanfaaatkan sebab, penjaga perpustakaan tidak tahu manajemen tentang perpustakaan. RKB serta RDG kita lihat mana sekolah yang membutuhkan akan ditambah pembangunannya,”tutupnya. (fac)