TOTABUAN.CO- Bursa saham Amerika Serikat (AS) jatuh di akhir pekan dipicu rilis data pekerjaan AS yang menggambarkan kondisi mixed di pasar tenaga kerja. Ini membuat investor kembali ragu tentang kemungkinan rencana kenaikan suku bunga kembali terjadi.
Di sisi lain, harga minyak kembali merosot, membawa harga komoditas ini ke posisi terendah dalam sepekan setelah mengalami kenaikan dalam dua pekan.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones industrial average turun 222,84 poin atau 1,36 persen, ke posisi 16.193,74 poin. Sedangkan indeks S & P 500 kehilangan 33,49 poin atau 1,75 persen menjadi 1,881.96 dan Nasdaq Composite turun 133,94 poin atau 2,97 persen, ke 4,375.62.
Data non-farm payrolls AS dilaporkan hanya meningkat 151 ribu pada bulan lalu. Angka ini jauh di bawah perkiraan sebesar 190 ribu. Dengan tingkat pengangguran turun menjadi 4,9 persen, terendah sejak Februari 2008.
“Kenaikan upah per jam dan penurunan tingkat pengangguran membuat pasar hati-hati bahwa terlalu dini untuk Federal Reserve mengambil kebijakan kembali di Maret,” kata Mohamed El-Erian, Kepala Penasihat Ekonomi Allianz di California.
Meski secara garis besar pasar melemah namun laporan tersebut ditanggapi hawkish oleh pasar. Kontrak dana berjangka Fed membuat pedagang berspekulasi kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan Desember mencapai 40 persen. Sebelum laporan tersebut keluar, investor berharap Fed menunggu sampai tahun depan sebelum menaikkan tarif.
Laporan ini ikut mendorong dolar AS rebound dari posisi kerugian dalam dua hari. Dolar telah melemah dalam beberapa hari terakhir setelah komentar dari pejabat Fed.
Indeks dolar naik 0,7 persen menjadi 97,11, setelah mengalami minggu yang cukup berat. Dolar telah melemah 2,7 persen minggu ini, di tengah harapan Fed akan menaikkan suku setidaknya sekali setahun ini kembali menguap. Ini menjadi tanda-tanda kelemahan kondisi di dalam negeri dan kekhawatiran yang lebih luas atas pertumbuhan global.
Sumber ; Liputan6.com