TOTABUAN.CO-Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (21/1) waktu AS atau Jumat dini hari WIB berhasil melakukan rebound. Minyak mentah WTI ditutup meningkat 4,16 persen atau naik US$ 1,18 persen ke level US$ 29,53 per barel.
Kenaikan harga minyak ini memicu para pelaku pasar saham untuk merealisasikan keuntungan jangka pendek mereka di bursa saham. Selain itu, kembalinya harga minyak ke kisaran US$ 30 per barel juga dibarengi harapa adanya pelonggaran kebijakan moneter dari Eropa yang bisa memberikan dorongan bagi pemulihan ekonomi di Eropa dan AS.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent juga mencatat kenaikan yang signifikan pada perdagangan Kamis dengan penguatan sebesar US$ 1,42 per barel atau meningkat 5,1 persen ke kisaran US$ 29,31 per barel. Namun, minyak mentah Brent telah kehilangan lebih dari 25 persen nilainya pada Januari ini dan tengah mengarah pada kejatuhan terbesar sejak 2008.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS sebagaimana dilaporkan oleh badan informasi energi AS (EIA) meningkat sebesar 4 juta barel atau lebih besar dari perkiraan semula yakni 2,8 juta barel.
Setelah kembalinya Iran ke pasar minyak pada bulan ini pascapenghapusan sanksi internasional kian menambah kehawatiran. Pasalnya, Menteri Perminyakan Iran , sudah menyatakan bahwa negara itu berencana meningkatkan produksi minyak mentahnya sebesar 400.000 barel per hari tahun ini sehingga produksinya mencapai lebih dari empat juga barel per hari.
Sementara itu, Venezuela telah mendesak OPEC untuk melakukan pertemuan darurat untuk membahas harga minyak meskipun para anggota negara-negara pengekspor minyak lainnya menyebutkan pertemuan tersebut tampaknya belum perlu dilakukan.
Sumber:beritasatu.com