TOTABUAN.CO–Asap yang maha bikin susah orang di Sumatera dan Kalimantan, bahkan hingga menyeberang ke negara tetangga, entah mengapa sulit sekali dibasmi. Apakah masalahnya memang medan berat, atau niat pemerintah kurang kuat dan enggan merogoh kocek dalam-dalam buat menuntaskan persoalan itu?
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan selalu menyisakan bara dalam sekam. Sebab selama ini, pelaku dijerat hukum hanya menyentuh eksekutor di lapangan dan karyawan tingkat menengah. Beleid yang dibikin susah payah di tangan Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat seperti tak sanggup menyeret para pemilik modal turut bertanggung jawab.
Sesaat cuaca kemarau panjang akibat El Nino dianggap menjadi pemicu tiba-tiba kebakaran lahan dan hutan. Namun sejatinya bukan itu yang terjadi. Menurut penelitian Center for International Forestry Research (CIFOR), justru peristiwa itu dipicu ulah manusia. Lebih dari 90 persen kebakaran hutan disebabkan karena manusia, atau sengaja dibakar.
“Kebakaran hutan adalah kejahatan terorganisasi karena lebih dari sembilan puluh persen disebabkan manusia atau sengaja dibakar. Tujuannya membuka lahan perkebunan,” kata seorang peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR), Herry Purnomo, beberapa waktu lalu.
Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, Indonesia melestarikan cara dianggap super efisien dalam membuka lahan gambut atau hutan, menjadi perkebunan sawit. Yakni dengan dibakar. Tak perlu repot-repot mendatangkan selusin lebih pekerja dengan alat berat buat memangkas pohon, atau ekskavator buat membalik lapisan tanah. Cukup dengan dua hingga tiga jeriken bahan bakar minyak dan sebuah korek sebagai pemantik, lahan hangus dan rata. Lalu siap digarap sesuai si pemilik modal.
sumber;Merdeka.com