TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU– Sejumlah pengusaha batu bata yang berada di Kelurahan Pobundayan Kecamatan Kotamobagu Selatan, terancam gulung tikar. Pasalnya lahan tanah liat mengalami kekeringan sebagai dampak kemarau yang melanda wilayah Bolaang Mongondow Raya.
“Sekarang ini saya dan sejumlah pengusaha batu bata yang ada di kelurahan Pobundayan terpaksa menghentikan produksi batu bata. Sebab tanah liat sebagai bahan pokok produksi mengalami kekeringan,” kata Yanto Ali, pengusaha batu bata yang di Kelurahan Pobundayan Jumat (9/10).
Ia mengatakan sudah beberapa bulan terakhir ini pemesanan batu bata belum bisa dipenuhi sebab jumlah batu bata yang biasa diproduksi mencapai 15.000 per hari, kini sudah menurun drastis hanya mencapai 500 sampai 1000 buah.
Yanto mengungkapkan, produksi batu bata hanya sedikit karena dampak kemarau. Hal itu juga membuat para pekerja batu bata berhenti bekerja karena upah dari hasil pembuatan batu bata terbilang sangat kecil.
“Sekarang ini seluruh pekerja sudah tidak melakukan produksi lagi, jadi pabrik batu bata ini terancam tidak akan beroprasi lagi,” keluhnya.
Terpisah Roni Mokoagow (27), salah seorang buruh batu bata warga Pobundayan mengatakan, lahan batu bata mengalami kekeringan. Terpaksa ia beralih profesi sebagai sopir becak motor (Bentor) untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Roni juga menambahkan, ia dan para pekerja batu bata merasa kuatir dengan dampak kemarau yang berkepanjangan. Dikarenakan pekerjaan sebagai buruh batu bata yang menjadi penghidupan keluarga mereka.
“Susah mencari pekerjaan lain, dan menjadi buruh batu bata sudah kami tekuni sejak dulu dan bisa menopang kebutuhan kami” ujar Roni. (Rez)