TOTABUAN.CO- Siapa yang belum pernah merasa sebuah lagu merasuk dalam ke hati? Apakah itu ketika merasa gembira luar biasa ketika menari di klub atau ketika menangis sendirian ditemani lagu balada yang memelas hati, musik dapat menembus jantung kita, mengungkapkan emosi yang jauh lebih ampuh daripada kata-kata apa pun.
Namun seperti ditunjukkan oleh pembaca kami, Philip, alasan untuk hal-hal ini tidaklah jelas terlihat. “Jelas bagi saya memang ada daya tarik ritme, dan saya merasakan antisipasi, kejutan serta harapan yang terpenuhi. Semua ini membantu menjelaskan mengapa musik menarik, tetapi mengapa sampai dapat mengharukan sampai ke lubuk hati kita, itu yang saya tidak mengerti,” katanya dalam sebuah email ke tim BBC Future.
Dengan menanyakan hal ini, Philip menempatkan dirinya sejajar dengan Bapak Teori Evolusi, Charles Darwin, yang pernah terhentak oleh kemampuan musik kita, dengan menyebutnya sebagai salah satu “kemampuan paling misterius yang dimiliki manusia”. Sejumlah pemikir, seperti ilmuwan kognitif Steven Pinker, bahkan pernah bertanya-tanya apakah musik memang punya nilai khusus atau tidak. Menurut pandangannya, kita menyukai musik karena musik menggoda sejumlah kemampuan penting kita, seperti kemampuan mengenali pola. Dengan demikian, menurutnya, musik tidak ada nilainya, selain hanya merupakan “rasa manis di telinga kita.”
Kalau hal ini memang benar, artinya umat manusia di seluruh dunia ini sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk sebuah kegiatan yang sama sekali tidak memiliki nilai. Jika Anda merasa Anda terobsesi oleh musik, maka pikirkanlah suku BaBinga dari Afrika Tengah, yang memiliki tarian yang sangat terelaborasi untuk hampir semua aktivitas, dari tarian saat mengumpulkan madu sampai saat berburu gajah. Ahli antropologi Gilbert Rouget, yang tinggal bersama suku itu pada tahun 1946, menemukan bahwa jatuh tertidur pada saat upacara berlangsung merupakan salah satu kejahatan terbesar menurut suku itu. “Jelas tak perlu dikatakan lagi bahwa untuk mereka menyanyi dan makan sama pentingnya seperti berjuang untuk tetap bisa hidup,” tulis Rouget. Karena hal inilah, banyak orang (termasuk diri saya sendiri) sulit mempercayai bahwa musik hanya suara kehidupan kecil yang kebetulan ada dalam evolusi manusia
Nada panjang menurun kelihatannya memiliki efek menenangkan.
Untungnya, ada teori-teori alternatif. Salah satu ide populer adalah bahwa musik bangkit dari “seleksi seksual”: seperti burung merak, pajangan dan penampilan seksilah yang membuat Anda tampak menonjol dari saingan-saingan Anda. Bukti untuk hal ini juga hampir tidak ada. Sebuah penelitian terhadap 10.000 orang kembar pun tidak mampu membuktikan bahwa para musisi sangat beruntung di ranjang (meskipun Mick Jagger dan Harry Styles dari One Direction mungkin tidak setuju).
Teori lainnya beranggapan bahwa musik muncul sebagai bentuk awal komunikasi. Tema musik tertentu, malah sebenarnya memiliki sejumlah ciri jeritan emosional yang dibuat oleh para nenek moyang kita; suara stakato yang menjulang tinggi cenderung membuat kita gelisah, sementara nada panjang menurun tampaknya memiliki efek menenangkan, jika kita perlu menyebutkan contohnya. Pola suara seperti itu memiliki makna universal yang dipahami para orang dewasa dari berbagai budaya yang berbeda, anak-anak kecil dan bahkan hewan lain. Jadi, mungkin musik yang dibuat dari asosiasi kita dengan jeritan hewan di zaman kuno membantu kita mengekspresikan perasaan sebelum kita memiliki kata-kata. Sebagai bentuk ” protobahasa”, musik juga mungkin yang membuka jalan bagi kemampuan manusia berbicara.
Selain itu, musik mungkin telah membantu mendekatkan manusia dalam masyarakatnya saat kita mulai hidup dalam kelompok yang besar dan lebih besar. Menari dan menyanyi bersama tampaknya membuat kelompok manusia menjadi semakin altruistis, dan memiliki identitas bersama yang lebih kuat. Menurut neurosains paling canggih, ketika Anda bergerak secara sinkronis dengan orang lain, otak Anda mulai mengaburkan kesadaran akan dirinya. Anda hampir seolah-olah melihat ke cermin: orang lain terlihat lebih menyerupai Anda, dan bahwa mereka memiliki pendapat yang sama. Dan, seperti Anda lihat ketika Anda mulai mengetuk-ngetukkan jari kaki, musik merupakan cara terbaik untuk menggerakkan orang bersama-sama.
Meskipun hal ini dapat meningkatkan dampaknya, partisipasi aktif dalam musik tidaklah selalu diperlukan untuk mendapatkan manfaat ini: seperti sudah kami jelaskan baru-baru ini di BBC Future, dengan hanya mendengarkan lagu saja dapat memproduksi sensasi musik yang menyenangkan (yang juga dikenal sebagai “orgasme kulit”) yang bisa meningkatkan altruisme. Hal ini tentunya melegakan bagi orang-orang seperti saya, yang kehidupan musiknya hanya melibatkan sofa dan iPod.
Masuk akal memang bahwa musik menggugah hati, untuk membantu kita memiliki hubungan emosional.
Dengan meningkatnya solidaritas dan menurunnya kemungkinan berkelahi, sebuah kelompok mungkin akan makin kuat untuk bertahan hidup dan tumbuh. Inilah yang mungkin digambarkan paling ekstensif oleh “permusikkan ” suku BaBinga. Seperti tulis Rouget, sang antropolog, “Keterlibatan dalam hal ini kelihatannya disertai dengan kaburnya jati diri, saat masing-masing orang menjadi satu dengan tubuh penyanyi”. Namun peran musik sebagai daya pelekat dalam masyarakat juga dapat dilihat dalam lagu-lagu yang dinyanyikan para budak, para buruh nelayan dan para prajurit. Musik tampaknya memang menyatukan kita dengan erat.
Dengan memiliki hubungan begitu erat ke lubuk hati kita, masuk akal memang bahwa musik menggugah hati kita, membantu kita menciptakan hubungan emosional. Masing-masing budaya mungkin lalu membangunnya dengan dasar instink ini, menciptakan leksikon musik mereka sendiri yang terdiri dari sejumlah nada atau motif yang diasosiasikan dengan perasaan tertentu.
Apa pun asal usulnya, sekarang ini kita pasti menghubungkan musik tertentu dengan peristiwa penting dalam kehidupan kita. Musik menjadi pewarna saat kita hamil, melahirkan dan meninggal, dan peristiwa lain apa pun di tengah-tengah itu. Tidak heran, kita pasti merasa begitu terlena dalam perasaan dan kenangan ketika kita mendengarkan musik favorit kita.
Sumber:Detikcom