TOTABUAN.CO BOLMONG – Kekeringan panjang mengancam produksi padi di Kabupatewn Bolaang Mongondow (Bolmong). Para petani di daerah yang dikenal lumbung beras Sulawesi Utara (Sulut) ini, tampaknya harus bersabar.
Camat Dumoga Utara, I Ketut Kolak, mengatakan, jika hujan tidak turun hingga Oktober, maka 4.000 haktere (Ha) sawah harus berhenti berproduksi. Dia menjelaskan bahwa pasca panen awal Agustus lalu untuk sawah seluas 1000 Ha di Desa Mopuya Bersatu dan Mopugad, harusnya saat ini sawah itu sudah ditanami kembali.
“Namun, sampai hari ini petani belum menanam kembali karena tidak ada air yang mengairi persawahan,” katanya.
Menurutnya, jika sampai dua pekan ke depan belum bisa ditanami lagi, berarti akan berkepanjangan sawah-sawah tidak bisa dilakukan proses tanam. Selain itu di Desa Tumokang ada sekitar 2.000 Ha lebih persawahan yang juga terancam tidak bisa diolah. Begitu juga sekitar 1.000 Ha lebih juga sawah yang di Desa Dondomon Bersatu dan Mopuya yang juga tidak bisa dilakukan penanaman kembali.
“Kalkulasi kita ada sekitar 4.000 Ha lebih persawahan yang harus berhenti berproduksi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, sawah-sawah tadi adalah sawah irigasi. “Debit air sudah turun, sudah dua bulan banyak lahan persawahan yang tida mendapatkan air,” katanya.
Kepala Desa (Kades) Mopugad Utara Dua, Wanti Indira Toligaga, mengatakan Desa Mopugad Utara Dua memang berada di ketinggian. Kondisi inilah yang membuat persawahan warga sulit mendapatkan air saat musim kemarau seperti ini.
“Areal persawahan sudah banyak yang kering,” ujarnya. (Has)