TOTABUAN.CO–Menko bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli terus mengeluarkan ‘kepretannya’ kepada PT Pertamina (Persero) soal rencana BUMN energi ini membangun storage (stok) dan pipa distribusi bahan bakar minyak (BBM) senilai US$ 2,4 miliar.
Menurut Rizal, alasan pembangunan storage dan jaringan pipa BBM yang dinilai kurang mendesak. Selain berbiaya tinggi, penampungan dan pipa BBM membutuhkan tingkat keamanan super ekstra.
“Dari pertimbangan security, Pipa BBM itu kalau security-nya nggak ketat ya bahaya sekali. Makanya negara-negara yang menyalurkan BBM lewat pipa dijaga oleh militer. Setiap beberapa km diawasi,” kata Rizal di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Jakarta, Jumat (11/9/2015).
Untuk storage BBM, Rizal kembali menegaskan, bila pengembangannya dilakukan oleh penjual atau eksportir BBM mentah dan BBM siap pakai yang dijual ke Indonesia. Ia mengatakan, Indonesia mengimpor hampir 1 juta barel BBM per hari. Biaya pembangunan storage BBM yang sekitar Rp 30 triliun dinilai terlalu memberatkan keuangan Pertamina.
“Mestinya yang jual yang bangun storage BBM di wilayah Indonesia. Jadi tidak perlu Pertamina melakukan pemborosan dengan bangun ini. Presiden setuju bahwa proyek ini tidak dilanjutkan,” tegasnya.
Menurutnya, lebih baik Pertamina membangun pipa gas bumi di seluruh Indonesia, karena Indonesia memiliki cadangan gas bumi jauh lebih banyak dan sampai saat ini belum maksimal di manfaatkan.
“Cadangan gas Indonesia besar sekali, bisa sampai 70 tahun,” kata Rizal.
Ia menilai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk, sebaiknya membangun jaringan pipa gas. Apalagi, jaringan pipa gas di Indonesia masih belum menjangkau hingga perumahan. Hal ini telah dilakukan oleh negara-negara maju yakni gas masuk hingga ke perumahan.
“Kami sarankan yang lebih penting bikin pipa jaringan gas di seluruh Pulau Jawa,” jelasnya.
Sumber;Detik.com