TOTABUAN.CO–“Indonesia itu memegang prinsip diplomasi politik luar negeri bebas aktif. Jadi jelas yang dilakukan ketua DPR pelanggaran etika berat. Bahkan Setya Novanto seakan menyatakan dukungannya pada Trump,” kata Dadang saat dihubungi merdeka.com, Kamis (10/9).
Oleh sebab itu, dia berujar apabila nantinya Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) memutuskan bahwa kedua pimpinan DPR itu terbukti melanggar kode etik yang berat, ia menilai tak menutup kemungkinan akan dilakukan kocok ulang pimpinan DPR. Lebih jauh, Anggota Komisi X DPR ini bahkan menyebut pertemuan tersebut sudah mencoreng martabat bangsa.
“Kalau MKD memutuskan ini pelanggaran berat, maka tentu kocok ulang harus dilakukan. Bagaimanapun sebagai sebuah bangsa kita prihatin, melihat pimpinan kita disejajarkan dengan cheerleaders (pemandu sorak) oleh Donald Trump,” ujarnya.
Dia juga menyatakan keanehannya dengan alasan Fadli Zon yang mengatakan pertemuan tersebut didasari untuk membicarakan investasi. Apalagi, belakangan diketahui pertemuan tersebut difasilitasi oleh Bos MNC Group Hay Tanoesoedibjo. Sehingga, pimpinan DPR telah ‘offside’ dari fungsinya yang hanya melakukan Pengawasan, Legislasi dan Anggaran.
“Investasi itu urusan eksekutif. Bukan DPR. Itu keluar dari fungsinya. Aneh-aneh saja pimpinan kita,” tandasnya.
Sumber;Merdeka.com