TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Kasus kematian ibu dan anak masih sering terjadi di Kotamobagu bahkan Bolmong Raya. Lambatnya penanganan serta, kurangnya penyediaan fasilitas juga menjadi salah satu faktor. Hal ini terus menjadi keluhan dan momok menakutkan bagi ibu yang akan melahirkan ketika akan dirujuk di rumah sakit milik pemerintah.
Seperti yang terjadi di RS Kotamobagu. Minimnya fasilitas serta belum tersedianya ruang operasi membuat kendala bagi para dokter yang ditempatkan di rumah sakit tersebut. Banyak ibu yang akan dioperasi saat akan melahirkan tak bisa ditanggulangi karena tidak adanya fasilitas.
“Pemerintah diminta untuk lebih perhatian terkait fasilitas di rumah sakit yang ada. Termasuk ruang operasi segera difungsikan,” kata warga.
Menuurut warga, sering terjadinya kasus kematian ibu dan anak, karena kurangnya penyediaan fasilitas di rumah sakit. “Pemerintah secepatnya untuk menyediakan fasilitas. Agar ruang operasi segera digfugsikan” tambah warga.
Ketua LSM LPKEL Reformasi Efendy Abdul Kadir menilai dengan sering terjadinya kematian ibu saat melahirkan, akibat kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas. “ Ini patut disayangkan. Kalau memang rumah sakit Kotamobagu rencananya akan dibuat rumah sakit rujukan, tentu ini harus ada perhatian,” kata Efendy.
Apa terlebih kata Efendy, banyak warga miskin yang di rujuk ke rumah sakit, malah terabaikan karena tidak tersedianya fasilitas. “ Percuma pemerintah siapkan rumah sakit, tapi banyak wara harus masuk rumah sakit swasta. Inikan aneh,” tambahnya.
Sitti Korompot salah satu dokter kebidanan rumah sakit Kotamobagu ketika disinggung soal itu tak menampik. Menurutnya, kasus kematian ibu kerap terjadi karena belum ditunjang dengan peralatan operasi yang ada di rumah sakit. “Ya mau apalagi. Semua bisa dilakukan asalkan fasilitas sudah tersedia. Termasuk peralatan rumah sakit serta ruang operasi yang sudah akan difungsikan,” kata dia.
Menurutnya, seperti kasus kematian Ibu yang melahirkan dan kemudian meninggal yang terjadi pada 2014 lalu. Di mana, kasus ini meninggal akibat keterlambatan rujukan. Kasus ini ternyata telah dilaporkan dan telah dibahas di PIT Hogsi Banjarmasin Februari 2015. Sitti menceritakan, Ibu tersebut awalnya masuk RS Datoe Binangkang Bolaang Mongondow pada 29 November 2014 lalu atas rujukan bidan desa, dengan diagnosis G3P2A0. Ibu tersebut dirujuk ke RSUD Datoe Binangkan karena ruang yang tersedia penuh tidak ada tempat.
Pasien akhirnya dibawa ke UPTD RSUD Kota Kotamobagu. Namun ditolak juga, karena tidak tersedianya ruang operasi di UPTD RSUD Kotamobagu. Pasien dikonseling ke RS Swasta Kinapit Kotamobagu namun, kelaurga serta pasien menolak karena alasan biaya.
“Pasien akhirnya dibawa kembali ke RSUD Datoe Binangkang untuk dilakukan operasi. Namun, operasi tidak bisa dilakukan karena persediaan benang operasi habis. Rencana rujuk ke RSUP Prof.RD. Kandou Manado, keluarga pasien menolak dan diminta dirujuk ke RS Swasta Kinapit Kotamobagu,” tuturnya. (Has)