TOTABUAN.CO – Sudah puluhan tahun lamanya, ilmuwan dibuat penasaran terkait misteri korona atau atmosfer matahari. Aneh memang, atmosfer matahari ternyata lebih panas dari permukaan matahari itu sendiri.
Menurut logika, seharusnya permukaan matahari yang lebih dekat dengan inti memiliki suhu yang lebih tinggi dari atmosfer atau korona. Namun faktanya tidak demikian, suhu permukaan matahari hanya 6.000 derajat Celsius.
Di sisi lain, suhu rata-rata korona justru mencapai 1.000.000 derajat Celsius. Bahkan, di beberapa bagian tertentu suhu koronanya bisa 2.000.000 derajat Celsius!
Peneliti NASA, Dr. Jim Klimchuck, mengatakan bila fenomena yang tidak lazim itu disebabkan oleh ledakan-ledakan yang terjadi di atmosfer matahari. Jumlahnya ledakan yang disebut ‘nanoflare’ itu bukan hanya satu atau dua, tetapi jutaan.
Yang lebih mengejutkan, satu ledakan nanoflare diprediksi sama kuatnya dengan ledakan 50 juta ton bom hidrogen, bom terkuat yang pernah diledakkan di bumi. Nah, satu ledakan nanoflare bisa meninggalkan panas setara dengan 11 juta derajat Celsius.
Berdasarkan penelitian Dr. Jim Klimchuck, jumlah ledakan nanoflare menurun drastis di permukaan matahari. Akibatnya, suhu permukaan matahari lebih rendah dari korona yang menjadi tempat berlangsungnya ledakan jutaan nanoflare.
“Setiap nanoflare menghasilkan ledakan setara dengan bom terkuat di bumi. Meskipun ledakan nanoflare di korona kecil, jumlahnya yang mencapai jutaan bisa melonjakkan suhu atmosfer matahari dengan drastis,” ujar Dr. Jim Klimchuck, Daily Mail (28/04).
Bukti keberadaan nanoflare di atmosfer matahari pun sudah dikantongi oleh NASA. Mereka berhasil mengamatinya lewat teleskop yang khusus dipakai untuk meneliti matahari, Solar Dynamics Observatory (SDO).
sumber: merdeka.com