TOTABUAN.CO – Sebuah studi menyatakan, perempuan lebih mungkin terkena cedera lutut sehabis olahraga dibandingkan laki-laki.
“Perempuan mengalami tingkat cedera 2 – 8 kali lebih banyak daripada laki-laki,” kata penulis studi Dr Edward Wojtys, seorang profesor bedah ortopedi di Universitas Michigan School of Medicine, Amerika Serikat.
Peneliti juga menemukan bahwa perempuan yang rajin bermain basket, bola voli dan sepak bola berisiko lebih tinggi mengalami cedera lutut dibandingkan dengan perempuan atau laki-laki yang tidak berolahraga.
Beberapa ilmuwan menduga, hormon tertentu pada perempuanlah yang menyebabkan hal ini.
Para peneliti mengukur apa yang mereka sebut sebagai kekakuan rotasi lutut, yang bisa memberikan perlindungan pada otot lutut.
Peneliti merekrut 52 atlet dari perguruan tinggi untuk berpartisipasi dalam studi ini, 24 orang yang suka olahraga pivot (olahraga keras, seperti rugby atau futsal) dan 28 yang berpartisipasi dalam olahraga non pivot, seperti bersepeda atau lari.
Atlet yang bermain olahraga pivot lebih mungkin untuk menderita cedera karena mereka cenderung dengan berhenti cepat, melakukan gerakan memutar dan berbalik dengan cepat. Tapi para peneliti juga percaya bahwa para atlet tersebut memiliki tingkat kekakuan otot lutut yang tinggi, karena rajin berlatih.
“Orang-orang yang berolahraga pivot harus menjadi yang paling dilindungi,” kata Wojtys.
Pada penelitian itu, setiap kelompok dibagi sama antara laki-laki dan perempuan, kemudian dipisahkan berdasarkan usia, tinggi badan, berat badan, tingkat aktivitas, ukuran sepatu, indeks massa tubuh, tinggi dan berat badan.
Para peneliti kemudian menggunakan perangkat khusus yang dirancang untuk mengukur kekakuan lutut ketika otot-otot yang rileks tiba-tiba dibungkukkan 30 derajat dan 60 derajat.
Atas penelitian yang mereka lakukan, para ahli menyimpulkan, tingkat kekakuan otot lutut pada mereka yang terbiasa melakukan olahraga keras meningkat secara signifikan lebih dari laki-laki yang tidak berolahraga sejenis.
Tapi hal yang sama tidak berlaku untuk perempuan.
Kelompok kedua, perempuan yang melakukan olahraga keras dan yang tidak melakukan olahraga keras. Keduanya memiliki tingkat kekakuan otot yang lebih rendah daripada golongan pertama.
Namun perempuan yang berolahraga keras memiliki kekakuan lutut jauh lebih baik daripada perempuan yang tidak berolahraga yang sama. Mereka merupakan kelompok yang paling rentan terhadap cedera lutut.
Dr Todd Schlifstein, instruktur klinis kedokteran rehabilitasi di New York University Medical Centre, mengatakan, studi sebelumnya juga telah dilakukan sebelumnya dan mendapatkan kesimpulan yang sama.
“Kita mungkin perlu untuk memberi pengobatan yang berbeda pada atlet perempuan, jika mereka berada di risiko yang lebih tinggi. Latihan penguatan secara khusus juga mungkin perlu dikembangkan bagi perempuan demi mencegah cedera,” kata Schlifstein.
sumber: beritasatu.com