TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Walikota Kota Kotamobagu Tatong Bara mengatakan, Kotamobagu pada Agustus mendatang akan ikut dalam penilaian smartcity (Kota cerdas). Kegiatan itu sebelumnya telah dicanangkan oleh Wakil Presiden Yusuf Kallah dalam peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 di Jakarta Convention Center Selasa lalu. Indeks Kota Cerdas ini merupakan kerjasama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Harian Kompas serta Institut Teknologi Bandung.
Kota Kotamobagu sendiri merupakan salah satu dari 45 Kota yang diundang untuk hadir dan selanjunya akan mengikuti penilaian smart city. Kota cerdas adalah kota yang menggunakan teknologi digital untuk menunjukkan performance dalam pelayanannya, mengurangi biaya dan pemakaian konsumsi serta lebih terlibat aktif dan efektif dengan warganya.
Selanjutnya indikator penilaian kota cerdas terdiri dari tiga komponen, yaitu, smart ekonomy (pintar dalam ekonomi, smart society (pintar dalam masyarakat) dan smart environment (pintar dalam lingkungan).
“Hal ini untuk mencermati kondisi terkini dimana pada beberapa dekade lalu, banyak kota di Indonesia masih nyaman dijadikan tempat tinggal,” kata walikota Kotamobagu Tatong Bara.
Sekarang, jumlah penduduk dan kendaraan meningkat pesat. Secara global, penduduk dunia sekarang ini sekitar 7 miliar jiwa, separuhnya hidup di perkotaan. Pada 2050 diperkirakan sebanyak 9,6 miliar orang hidup di kota. Sementara itu pada 2025, diperkirakan 57 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.
Acara Peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 ini dihadiri oleh 98 Walikota. Hadir pula beberapa jajaran Menteri Kabinet Indonesia Hebat, kata Tatong.
Sehingga direncanakan, dari persiapan itu, beberapa titik di Kotamobagu akan bebas internet (free wifi). Contohnya di lapangan Boki Hotinimbang sudah dipasang. Sehingga bagi warga yang akan mengakses internet tinggal bawah laptop, tutur Tatong.
Namun, menuju smartcity bukankah setiap kota harus benar-benar mempunyai sistem bersih yang memberikan rasa nyaman dan nyaman bagi semua warga dan tamu yang datang.
“Smartcity itu tidak boleh macet, tidak boleh ada pencopet, brandal bermotor, begal, pokoknya harus benar-benar bersih,” jelasnya.
Selain itu, sebuah kota harus memenuhi 12 parameter untuk menjadi smartcity. Ke 12 parameter itu, di antaranya permasalah sosial termasuk masalah transportasi, pendidikan, hubungan manusia, masalah lingkungan, masalah tata ruang, masalah energi seperti lingkungan ‘suisentabel’ kemudian masalah ekonomi kata Guru Besar Fakultas Teknologi Informatika ITB dan Ketua Penyelenggara Asia Afrika Smart City Summit , Suhono H Supangkat. (Has).