TOTABUAN.CO — Perdagangan bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku pada akhir tahun ini membuat pemerintah menyiagakan barisan. Pemerintah terus menyiapkan industri-industri yang memiliki daya saing untuk menjadi pelopor dengan merambah pasar Asia Tenggara ini.
“Pemerintah pusat dan daerah saat ini sedang mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha termasuk insentif bagi dunia usaha, perbaikan dan peningkatan infrastruktur, perbaikan akses dunia usaha kepada lembaga keuangan dan kebijakan lain yang dapat mempercepat pengembangan sektor industri,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, dalam sambutan peresmian pabrik PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM), Cicurug, Sukabumi, Rabu (8/4/2015).
Lebih lanjut Saleh mengungkapkan, saat ini beberapa industri seperti industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia sudah memiliki daya saing untuk berkompetisi di ASEAN. Namun, jika industri mamin tersebut berjalan sendiri-sendiri, maka sulit bagi industri mamin untuk menjadi raja saat MEA diberlakukan.
Karena itu, Saleh meminta kepada industri mamin untuk mengimpun kekuatan secara nasional. Selain mampu merajai pasar, diharapkan dengan bersatunya industri mamin ini juga dapat mendorong pertumbuhan industri nasional.
“Semua pelaku usaha industri dalam negeri harus bersama-sama menghimpun kekuatan nasional dan menghadapi tantangan persaingan pasar ASEAN. Bersama dengan pemerintah, diharapkan hal ini dapat memenuhi pasar dalam negeri dalam rangka meningkatkan kinerja sektor industri guna mendorong pertumbuhan industri nasional,” papar Saleh.
Selain itu, tambah dia, industri mamin juga harus melakukan langkah peningkatan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi diseluruh rangkaian proses produksi. “Di samping itu, juga harus meningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan,” imbuh dia.
Ia menjelaskan, pembangunan ekonomi nasional, khususnya sektor industri mempunyai peranan penting dalam kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pembangunan. Pada 2014, kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap PDB non migas sebesar 36,94 persen.
“Pertumbuhan cabang industri ini terhadap industri non-migas mencapai 8,80 persen. Selain itu, industri makanan dan minuman dapat menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,6 juta orang pada tahun 2014,” imbuh dia.
Sebagai informasi, nilai ekspor industri agro pada periode Januari–September 2014 mencapai USD31,37 miliar atau 35,72 persen terhadap ekspor industri pengolahan nasional, meningkat sebesar 12,69 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kontribusi produk makanan, minuman dan tembakau pada penerimaan devisa melalui ekspor pada periode yang sama juga mencapai sebesar USD1,64 miliar.
“Berdasarkan fakta tersebut memberikan harapan bagi kita agar pada masa mendatang perkembangan dan kontribusi industri mamin yang lebih besar dapat pula memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Saleh.
sumber : metrotvnews.com