TOTABUAN.CO — Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) naik lebih dari satu persen didorong oleh pelemahan dolar. Sehingga menekan harga pasokan minyak yang membanjir secara global.
“Dolar berada di bawah tekanan, dan kami melihat banyaknya pembeli yang datang ke pasar,” kata analis senior Tradition Energy, Gene McGillian, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (24/3/2015).
Sementara itu, harga mnyak mentah berjangka AS menetap 88 sen di USD47,45 per barel atau naik 1,9 persen. Sedangkan harga minyak Brent naik lebih dari satu persen atau 60 sen menjadi USD55,92 per barel.
Harga minyak mendapat dorongan karena dolar AS turun lagi, menambah penurunan tertajam mingguan selama 3,5 tahun. Pengamat pasar telah memprediksi posisi dolar ini sejak Federal Reserve pekan menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga AS kemungkinan akan datang lebih cepat.
Selain itu, harga minyak tertekan Arab Saudi yang telah berdiri teguh pada keputusannya untuk mempertahankan tingkat produksi. Mereka akan mempertimbangkan pengurangan produksi hanya jika produsen luar OPEC juga melakukannya.
Menteri Perminyakan Saudi, Ali al-Naimi, mengatakan kerajaannya sekarang memompa sekitar 10 juta barel per hari, yang dapat menunjukkan peningkatan dari 350.000 barel per hari atas produksi di Februari.
Sementara itu, impor minyak mentah Tiongkok dari Iran pada Februari turun 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 2,04 juta ton. Tiongkok meningkatkan impor keseluruhannya pada akhir tahun lalu, mengambil keuntungan dari minyak murah untuk membangun cadangan mereka.
sumber : metrotvnews.com