TOTABUAN.CO – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memiliki cita-cita untuk menciptakan kemandirian di industri dalam negeri. Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani mengungkapkan hal itu dicontohkannya dengan menggalakkan penanaman pohon kapas di Sulawesi Selatan. Dengan adanya penanaman kapas tersebut diharapkan dapat mendorong industri tekstil lebih mandiri.
“Tidak semua orang tahu kalau kita masih impor kapas mencapai Rp 26 triliun per tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil kita, Jadi kami akan coba kurangi itu,” kata Hariyadi di Jakarta Convention Centre dalam membuka Agrinex 2015, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Untuk pembibitan, dikatakan Hariyadi, Apindo masih akan membeli bibit dari Amerika Serikat mengingat selama ini kualitas kapas terbaik masih dari negeri tersebut.
Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku tekstil tersebut, Apindo akan mengumpulkan perusahaan-perusahaan pemintalan benang untuk dapat dimintai komitmen dalam menciptakan kemadirian di industri tersebut. “Dulu textil itu menyumbang devisa yang cukup besar, sekarang ini stagnan-stagnan saja, makanya kami akan kembalikan kejayaan itu,” tegas dia.
Bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam, tercatat hasil ekspor mereka sekitar Rp 20 miliar setiap tahunnya. Sementara Indonesia masih bertahan di angka Rp 13,5 miliar per tahun. “Dulu Vietnam itu belajar dari kita, murid kita,” ujar Hariyadi.
Dalam acara Agrinex Expo 2015 yang mengusung tema ‘Kedaulatan Pangan Indonesia’ tersebut, Hariyadi menghimbau tidak hanya produk yang harus terus dikembangkan, melainkan juga industrinya yang lebih utama.
Kalangan pengusaha tak sendiri, pemerintah saat ini juga mendorong perkembangan industri tekstil nasional. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan anggaran sebesar Rp 100 miliar pada tahun ini untuk program pemberikan insentif bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Dana tersebut ditujukan untuk melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengatakan, selama periode 2007-2014, anggaran yang telah terserap melalui program insentif restrukturisasi mesin dan peralatan untuk industri tekstil dan produk tekstil mencapai Rp 1,18 triliun atau Sebesar Rp 168,5 miliar per tahun.
Dalam perkembangannya, Kementerian Perindustrian melihat bahwa program tersebut berjalan cukup baik karena mampu menstimulus industri tersebut. Dalam catatannya, dengan adanya program insentif restrukturisasi, kegiatan investasi mesin atau peralatan yang dilakukan oleh industri tersebut mencapai Rp 14,84 triliun.
Dengan adanya program tersebut juga terjadi efisiensi energi sebesar 5 persen hingga 9 persen. Selain itu, dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 241.835 orang.
sumber: liputan6.com