TOTABUAN.CO – Berdasarkan survei usai pemungutan suara, tidak ada pemenang telak dalam pemilihan umum Israel yang diselenggarakan Selasa (17/3/2015) kemarin. Hasil exit poll(survei usai pemungutan) yang dilakukan dua stasiun televisi Israel memperlihatkan kubu pemerintah Partai Likud dan pihak oposisi Persatuan Zionis masing-masing mendapatkan 27 dari 120 kursi di parlemen atau Knesset. Sementara satu stasiun lagi menyebutkan Partai Likud memiliki satu kursi lebih banyak dari saingannya.
Namun Perdana Menteri Israel saat ini yang juga Ketua Umum Likud, Benjamin Netanyahu, telah mengklaim kemenangannya dalam pemilihan itu. “Menjungkirbalikkan semua prediksi, kemenangan yang gemilang bagi Likud dan seluruh rakyat Israel” tulis Netanyahu di akun Twitter-nya.
Sementara pemimpin Partai Buruh yang merupakan pilar koalisi Zionist Union, Isaac Herzog, menegaskan, pertempuran belum berakhir dan optimis akan memperoleh mandat untuk membentuk pemerintahan baru.
Sempat ketinggalan di belakang Zionist Union dalam survei seminggu terakhir menjelang pemilu, Likud yang merupakan partai konservatif sayap kanan berhasil mematahkan prediksi survei dengan meraih hasil yang lebih baik dari perkiraan. Dengan sistem representasi proporsional , tidak ada partai yang mampu meraih kursi mayoritas, yang berarti politik pembentukan koalisi segera dimulai untuk mencapai 61 kursi yang dibutuhkan.
Sistem pemerintahan Israel tidak mengharuskan presiden memandatkan kepada pemimpin partai pemenang pemilu membentuk koalisi. Presiden umumnya, setelah konsultasi dengan partai-partai, akan memandatkan kepada pimpinan partai yang dinilai paling berpeluang. Dalam hal ini, Netanyahu dinilai paling berpeluang karena dominasi partai-partai sayap kanan nasionalis di parlemen baru ini.
Dua partai tengah, Yesh Atid dan Kulanu yang masing-masing diproyeksikan meraih 11 dan 10 kursi, akan menjadi kingmakerdalam menentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri baru Israel. Kedua partai ini masing-masing dipimpin sosok populer, yaiu mantan Menteri Keuangan Yair Lapid dan mantan menteri Komunikasi Moshe Kalan. Keduanya merupakan mantan sekutu Netanyahu di pemerintahan sebelumnya.
Koalisi sayap kiri Herzog sendiri membutuhkan dukungan kedua partai ini, misi yang relatif berat ketika Netanyahu hanya perlu satu dukungan, antara Yesh Atid dan Kulanu. Selain itu, Herzog juga perlu melobi koalisi Partai Arab yang diproyeksikan meraih 13 kursi, misi yang tidak mudah mengingat hubungan antagonis selama ini.
Siapa yang akan menjadi perdana menteri baru Israel akan mempengaruhi masa depan pembicaraan perdamaian dengan Palestina. Netanyahu secara tegas menolak pembentukan Negara Palestina. Sementara Herzog terbuka untuk negosiasi.
sumber: kompas.com