TOTABUAN.CO — Tugas mahasiswa enggak melulu kuliah. Mahasiswa juga harus belajar mengabdikan diri kepada masyarakat.
Salah satu caranya adalah melalui program Kuliah Kerja Nyata – Pengabdian Pada Masyarakat (KKN-PPM). Semangat belajar mengabdi inilah yang ditunjukkan 30 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ketika mengikuti KKN PPM. Tidak tanggung-tanggung, mereka pergi ke Raja Ampat, Papua, guna menjalani program tersebut.
Selama sekira dua bulan, puluhan mahasiswa ini hidup langsung di masyarakat Bumi Cenderawasih. Para mahasiswa lintas program studi ini tinggal di Kampung Manyaifun dengan berbagai keterbatasan. Untuk mencapai ibuibukota Kabupaten Raja Ampat dari Waisal saja butuh waktu empat jam.
“Selama itu kami berada pada situasi yang berbeda dengan kehidupan yang biasa dialami. Dari mendapatkan air bersih, pasokan listrik yang terbatas, hingga sinyal telekomunikasi yang tidak menentu,” kata Ketua tim KKN Fajar Surya Budiman, seperti dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (18/2/2015).
Meski demikian, Fajar dan kawan-kawan tetap semangat. Mereka mengaplikasikan ilmu dari kampus melalui berbagai program kegiatan, baik itu pembangunan fisik maupun peningkatan potensi lokal.
Fajar menyebut, di antara program tersebut adalah pembuatan rumah belajar, pembuatan sarana mandi cuci kakus (MCK), pelatihan koperasi dan UMKM serta pemasangan panel surya.
“Panel surya cukup penting karena listrik di sana hanya menyala dari jam enam petang sampai jam 12 malam. Selepas itu listrik padam,” ungkapnya.
Meski lokasi KKN sudah disiapkan pemerintah daerah setempat, menjalankan program KKN bukan berarti bebas hambatan. Salah satu peserta KKN, Ellsye Maria Panggabean, menyebutkan, bahasa dan penerimaan dari masyarakat setempat menjadi kendala mereka.
“Awalnya cuek. Tapi setelah kami koordinasi dan pendekatan melalui kepala kampung warga akhirnya bisa menerima,” tutur Ellsye.
Dia mengimbuhkan, berbagai program besutan tim KKN PPM UGM ini membutuhkan banyak dana. Di awal kedatangan , mereka memiliki dana Rp10 juta. Namun, dalam seminggu, dana tersebut habis.
“Untungnya banyak pihak yang membantu, baik berupa uang ataupun barang, seperti buku,” imbuhnya.
Sepulangnya dari Papua, Fajar, Ellyse dan teman-temannya membawa oleh-oleh berupa sebuah komunitas untuk Papua yang bergerak dalam bidang pendidikan anak-anak. Aktivitas komunitas ini bisa dilihat di laman untukpapua.com
Direktur Direktorat Pengabdian Masyarakat LPPM UGM, Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D., mengapresiasi keberadaan komunitas tersebut. Menurutnya, peserta KKN UGM perlu mendokumentasikan kegiatan serta lingkungan tempat KKN. Selain itu, mereka juga perlu membuat program yang berkelanjutan.
“Dokumentasi ini berperan penting dalam eksplorasi sumber daya alam dan budaya di lokasi KKN. Selain itu, dapat juga sebagai bahan publikasi dan dasar dalam merancang program berkelanjutan di daerah tersebut,” ujar Irfan.
sumber : okezone.com