TOTABUAN.CO – Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi sebanyak dua kali di awal tahun ini ternyata belum diikuti dengan penurunan harga bahan pangan. Di pasar tradisional, harga beras terpantau masih cukup tinggi.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Mampang, Jakarta Selatan, Tuti (60) mengatakan, pada saat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada awal November 2014 lalu, secara serentak harga beras ikut melambung juga. Namun setelah pemerintah menurunkan harga BBM sebanyak dua kali pada awal Januari 2015, harga beras tak ikut turun.
“BBM naik beras ikut naik, tapi nyatanya harga BBM turun beras belum turun juga,” kata Tuti, di lapak berasnya, Senin (9/2/2015).
Ia melanjutkan, mundurnya panen beras karena terjadi kemarau panjang di 2014 kemarin juga membuat harga beras semakin melambung. ” Karena panen lama, kan panasnya lama jadi gagal panen,” ungkapnya.
Tuti menyebutkan, harga beras Bulog saat ini di level Rp 8 ribu per liter. Sebelum kenaikan harga BBM subsidi, harga beras tersebut di level Rp 7 ribu per liter.
Sedangkan harga beras jenis IR tercatat Rp 9 ribu per liter. Pada November 2014 lalu, beras jenis IR tercatat Rp 8 ribu per liter. Untuk beras jenis Panndang Wangi super tercatat Rp 13 ribu per liter. Sebelumnya, beras terseut dihargai Rp 10 ribu per liter.
Tuti berharap, pemerintah melalui perum Bulog segera melakukan intervensi pasar dengan melakukan operasi pasar agar harga beras kembali normal.
“Masih mahal, karena Bulog belum ada operasi pasar,” pungkasnya.
sumber: liputan6.com