TOTABUAN.CO – Tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru merilis hasil temuan awal terkait kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 pekan lalu. Sejumlah fakta diungkap. Salah satunya, pesawat dikendalikan oleh kopilot asal Prancis Remi Immanuel Plesel, sementara Kapten Pilot Iriyanto saat itu bertugas sebagai pilot monitoring yang bertugas untuk mengawasi indikator-indikator dalam pesawat.
Reuters yang mengutip 2 sumber dekat terkait investigasi AirAsia QZ8501 menyebut kapten pilot meninggalkan kursi di kokpit pesawat.
Selain itu, Reuters yang juga mengutip Bloomberg juga mengabarkan bahwa kapten pilot mereset sistem Flight Augmentation Computer (FAC) dan menarik saklar pemutus tenaga listrik pada sistem pengendali dan perlindungan pesawat tersebut. Langkah tersebut dilakukan untuk mengatasi gangguan pada FAC.
Dengan terputusnya daya listrik, seluruh sistem komputer pada sistem utama ataupun cadangan bakal lumpuh yang otomatis membuat flight protection system atau sistem proteksi penerbangan menjadi tidak aktif.
Meski demikian, seperti dipaparkan sumber Reuters, belum tentu menjadi salah satu faktor penyebab pesawat menanjak drastis, karena pilot masih punya sistem kendali manual.
Saat dikonfirmasi, Ketua Subkomite KNKT Masruri secara tegas membantah apa yang dijelaskan sumber Reuters tersebut, terutama soal pilot meninggalkan kursi dan mematikan sistem FAC.
“Nggak ada fakta itu di data kami. Itu tahunya dari mana? Apakah di pesawat ada CCTVnya?” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Masruri menjelaskan, tim investigasi KNKT saat ini masih melakukan penyelidikan secara mendalam atas jatuhnya pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk bersabar dengan hasil penyelidikan secara menyeluruh
“Saya juga berharap masyarakat tak terpengaruh oleh kabar yang belum terkonfirmasi oleh pihak berwenang,” ujar dia.
Senada dengan Masruri, investigator KNKT Ertata Lananggalih juga membantah kabar bahwa kapten pilot meninggalkan kursi dan memastikan sistem FAC. “Hingga saat ini, tidak ada indikasi seperti yang dikabarkan itu,” ujar Ertata kepada Reuters yang dimuat pada Senin 2 Februari 2015.
sumber: liputan6.com