NASIONAL (totabuan.co) – Ketua MPR Taufiq Kiemas menghembuskan nafasnya yang terakhir di Singapura. Sebelum meninggal, kondisi Taufiq sempat membaik dan menyapa seluruh anggota keluarga yang hadir.
“Tadi sore sempat baik dan menyapa keluarga yang menunggu,” kata Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo di rumah pribadi Taufiq, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Sabtu (8/6/2013).
Namun kondisi suami dari Megawati Soekarnoputri ini kemudian kembali drop. Taufiq pun meninggal dunia tepat pukul 19.00 waktu setempat. Kemungkinan jenazah Taufiq akan diterbangkan dari Singapura menuju Jakarta Minggu (9/6) besok melalui Bandara Halim Perdanakusumah.
Inilah Kisah Cinta Taufik dan Mega Dalam Buku Gelora Kebangsaan tak Kunjung Padam 70 Tahun:
Kisah cinta Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri sangat jarang diangkat ke publik. Hubungan keduanya lebih banyak tergambar dalam lakon di kancah politik Indonesia. Padahal kisah cinta keduanya juga menarik untuk dicermati.
Kisah cinta kedua tokoh nasional itu tertuang dalam buku Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam 70 Tahun Taufiq Kiemas yang diterbitkan Q Communication. Sekeping kisah romantis keduanya tertuang di halaman 66 hingga 68 buku tersebut.
Dikutip dari buku tersebut, Senin (7/1/2012), jauh hari sebelum perkenalan keduanya, Guntur Soekarnoputra telah menceritakan sosok Taufiq Kiemas kepada Megawati yang saat itu belum menikah dengan Letnan (Penerbang) Surindro Suprijarso. Guntur menggambarkan Taufiq sebagai teman di Perkumpulan Inti Pembina Jiwa Revolusi (1964) yang memiliki perilaku baik.
“Dis (Adis, nama panggilan kecil Megawati), nanti saya kenalkan dengan teman saya, si Bule (Taufiq Kiemas),” kata Guntur kepada Megawati kala itu.
Taufiq Kiemas dipanggil Si Bule karena berperawakan jangkung dan berkulit putih. Selain itu karena dia dinilai ganteng dan santun.
Perkenalan Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri akhirnya terjadi pada awal bulan Juli 1971. Saat itu, Taufiq Kiemas bersama Guntur Soekarnoputra dan Panda Nababan berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Usai ziarah, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke Madiun, tepatnya ke kompleks perumahan AURI, tempat Megawati tinggal. “Saat itulah pertama kalinya saya berkenalan dengan Taufiq,” kenang Megawati.
Perkenalan keduanya ternyata berlanjut menjadi jalinan asmara. Megawati sendiri saat itu telah beberapa bulan menjanda karena suami pertamanya, Letnan (Penerbang) Surindro Suprijarso, wafat akibat kecelakaan pesawat di sekitar Pulau Biak, Papua.
Tak sampai setahun berpacaran, keduanya akhirnya memutuskan menikah. Akhir Maret 1973, Taufiq dan Megawati melangsungkan pernikahan dengan sebuah pesta sederhana di Panti Perwira, Jalan Prapatan, Jakarta Pusat.
Dalam resepsi itu, kedua mempelai dihias secara adat pengantin Palembang. Taufiq didampingi ibundanya, sedangkan Megawati didampingi Guntur Soekarnoputra dan Rachmawati Soekarnoputri. Kedua mempelai tak didampingi oleh ayah masing-masing yang memang telah tiada.
Di antara undangan yang hadir saat itu, ada tokoh-tokoh pendiri Republik Indonesia, antara lain Johannes Leimena, Soemarno, Soediro, Ali Sastromidjojo, Mh Isnaeni, Komodor (Udara) Suryadarma, dan Wilopo.
Megawati memasuki pernikahan keduanya itu dengan membawa dua putra dari Surindro Suprijarso, yakni Mohammad Rizki Pratama (Tamtam) dan Mohammad Prananda (Nanan). Kemudian sekitar setahun setelah menikah, yaitu pada tahun 1974, Taufiq dan Megawati dianugerahi seorang puteri, Puan Maharani. Kepada ketiga anaknya, Taufiq tak membeda-bedakan kasih sayangnya.
“Sejak awal menikah, aku telah menganggap Tamtam dan Nanan sebagai anak kandungku. Mereka berdua tidak saya beda-bedakan dengan Puan. Kasih sayangku kepada ketiga anakku itu sama,” tutur Taufiq.
Sikap Taufiq membesarkan hati Megawati. “Saya bersyukur kepada Tuhan, karena memiliki ayah yang mencintai mereka,” ujar Megawati.
Rumah tangga Taufiq Kiemas dan Megawati tak bisa dilepaskan dari situasi politik yang sedang berlangsung kala itu. Pasangan suami istri itu mengarungi bahtera kehidupan yang penuh gejolak, yang tak jarang membadai karena keduanya merupakan musuh politik Orde Baru.
Status Taufiq sebagai soekarnois yang juga mantan tahanan politik dan Megawati yang merupakan putri tertua Bung Karno membuat rumah tangga mereka mendapat tekanan politik dari pemerintahan Orde Baru. Bahkan kehidupan sosial mereka dibatasi, yang berimbas pada kehidupan ekonomi mereka.
Namun, karena dibesarkan dan ditempa dalam kehidupan keluarga dan lingkungan pergaulan yang militan, baik Taufiq maupun Megawati menghadapi cobaan yang mereka hadapi dengan tabah. Keteguhan hati keduanya telah membawa rumah tangga itu bertahan dan berkibar hingga kini.
Sumber: detik.com