TOTABUAN.CO — Partai Amanat Nasional (PAN) didorong melakukan regenerasi kepemimpinan. Hal itu sangat penting agar PAN bisa berbenah diri dan meraih prestasi yang lebih baik lagi di kemudian hari, terutama pada Pemilu 2019 mendatang.
“Regenerasi kepemimpinan PAN adalah ijtihad politik. Regenerasi harus konsisten untuk tujuan-tujuan yang idealis dan realistis jika partai ini ingin sukses di 2019. PAN perlu mengubah strategi dan figur-figur sebelumnya,” kata peneliti politik dari AirMob, Nafi Muthohirin, di Jakarta, Sabtu (17/1).
Ia menyikapi pelaksanaan kongres PAN ke-IV yang akan diselenggarakan di Bali, 28 Januari hingga 2 Februari 2015 mendatang. AirMob adalah lembaga survei dan kampanye sosial media.
Dia menjelaskan jika ingin meraih kesuksesan, PAN harus memilih kalangan muda seperti Zulkifli Hasan. Era kepemimpinan Hatta Rajasa sudah waktunya selesai.
Apalagi selama ini PAN memiliki tradisi ketua umum yang menjabat satu kali periode. PAN adalah satu-satunya partai yang memiliki keteraturan dalam sirkulasi kepemimpinannya.
“Jika PAN ingin mengedepankan regenerasi kepemimpinan berarti sosok Zulkifli Hasan yang patut didorong. Hatta Rajasa jangan maju lagi demi kebaikan demokrasi dan kebaikan PAN ke depan,” tuturnya.
Di tempat terpisah, pengamat politik dari Universitas Negeri Airlangga (UNAIR) Surabaya Airlangga Pribadi mengatakan, PAN sebagai salah satu partai yang pada awalnya dibangun melalui semangat reformasi, sudah seharusnya menjadi inisator awal bagi proses regenerasi kepemimpinan di internal partai.
Apalagi jika dilihat dalam masa kepemimpinan Hatta Rajasa tidak ada perkembangan atau kemajuan signifikan terkait dengan capaian parpol serta dalam kepemimpinan ruang terbuka untuk otokritik tidak tertampung.
Kondisi yang demikian membutuhkan berlangsungnya political refreshing di internal PAN. Menurutnya, pergantian kepemimpinan partai adalah langkah awal bagi pembenahan partai.
sumber : beritasatu.com