NASIONAL (totabuan.co) – Meledaknya bom bunuh diri di Mapolres Poso, menunjukkan peran intelijen masih lemah. Anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsudin mendesak adanya evaluasi kerja intelijen yang berada di struktur Polri itu.
“Intelijen fungsi di kepolisian harus lebih kerja keras, karena kecolongan di beberapa tempat ini perlu ada evaluasi. Karena walaupun di Poso berulang kali, ini intelijen harus lebih bekerja keras,” kata Didi di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa 4 Juni 2013.
Didi mengungkapkan, selain dilakukan penambahan personel, juga perlu ada peningkatan profesionalisme. Termasuk melakukan penyadapan di titik rawan.
Dengan begitu, pemberantasan teroris ke depannya tak hanya mentok di ‘para pengantin’ saja. Tapi bisa meringkus otak pelakunya.
“Peranan intelijen keamanan dan kepolisian harus menjadi perhatian yang sangat khusus. Ini merupakan kewibawaan negara yang dipertaruhkan, ini saja yang ada penjagaan bisa diserang, bagaimana dengan yang lain,” kritik Didi.
Selain di Mapolres Poso, sebuah serangan bom bunuh diri pernah terjadi di Mapolresta Cirebon. Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan Poso diduga sebagai basis baru bagi jaringan terorisme. Dalam rangkaian aksi terorisme sebelumnya mereka menjaring dana di Pulau Jawa.
“Sebelum di Poso mereka itu mengumpulkan dana seperti di Bandung, Kebumen, Kendal, dan Jakarta,” katanya di Bandung. Bentuknya juga didapat dengan cara merampok bank yang diyakini sebagai modal perjuangan mereka.
Selain dikirimkan ke Poso, modal ini juga digunakan untuk menyerang kedutaan Miyanmar. Rentetan aksi terorisme yang marak ini masih dalam rangkaian sama. Kalaupun yang tertangkap orang baru di dalamnya pasti ada muka lama.
“Setiap aksi pasti berkaitan dengan rentetan tahun sebelumnya. Tahun lalu di Solo, berkaitan dengan Jakarta. Jadi harus diikuti,” katanya.
Dia mengaku teroris yang ada di Jawa sudah cukup porak poranda dengan penangkapan dan penggerebekan secara serentak oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri pada Mei lalu.
Densus 88 melakukan penangkapan terhadap kelompok Abu Omar mulai dari Jakarta, Kendal, Kebumen, dan beberapa titik di Bandung, Jawa Barat. Bukan tanpa sebab mereka mengalihkannya ke luar Jawa.
Mengenai perkembangan kasus bom bunuh diri di Poso menurut dia pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan Mabes Polri. “Kita tunggu forensik Mabes Polri, apa bahan bomnya, yang jelas mereka anggota jaringan teroris,” tandasnya.
Sumber: merdeka.com